Sabtu, 12 Februari 2011

Laporan Resmi Praktikum Obat Tradisonal

FORMULASI SEDIAAN SIRUP BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) DAN SERBUK JAMU KOMBINASI SERBUK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) DAN HERBA MENIRAN (Phyllanthus niruri L.)
Lembar Pengesahan
Laporan Akhir Praktikum
OBAT TRADISIONAL

  1. SIRUP ROSELLIX®
Setiap 100 ml mengandung 5 gram ekstrak bunga Rosella ( Hibiscus sabdariffa L. )
Tanggal Pembuatan : 18 November 2010
Tanggal Kadaluarsa : November 2012

  1. JAMU ROMAN®
Setiap 7 gram jamu mengandung 1 gram serbuk bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dan 1 gram serbuk herba Meniran (Phyllanthus niruri L.).
Tanggal Pembuatan : 26 November 2010
Tanggal Kadaluarsa : November 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya yang telah memberikan kesehatan dan waktu sehingga kami dapat menyelesaikan praktikum Obat Tradisional dan menulis laporan akhir ini tepat pada waktunya. Kami mengucapkan terima kasih kepada para dosen sebagai pembimbing pada Laboratorium Obat Tradisional yang telah banyak memberikan bimbingannya dan para asisten yang banyak memberi bantuan sehingga praktikum Obat Tradisional dan laporan akhir ini dapat selesai tepat waktu walau pun masih jauh dari sempurna.
Laporan akhir ini dibuat setelah kami menyelesaikan praktikum Obat Tradisional dengan menyelesaikan pembuatan sediaan obat tradisional berupa sirup dari tumbuhan Rosella (Hisbiscus sabdariffa L.) dan serbuk jamu seduhan kombinasi serbuk bunga Rosella dan herba meniran (Phyllanthus niruri L.). Dalam penyusunan laporan ini kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat memaparkan hasil praktikum kami, tetapi masih banyak terdapat banyak kekurangan maupun kesalahan di dalam pemaparannya, sebagaimana kata pepatah ‘tidak ada gading yang tak retak’. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan laporan ini sangat diharapkan. Terima kasih.

Medan, November 2010
Tim Penulis
Angga Harahap        (081501090)
Herlina Sinaga          (081501026)
Linda                        (081501019)
Lora Etta Brety S.    (081501032)
Ninda T. M. S.         (081501035)
Lia Erita                   (0608040   )
DAFTAR ISI

Judul Depan
Lembar Pengesahan.......................................................................................... ii
Kata Pengantar................................................................................................. iii
Daftar Isi........................................................................................................... iv

BAB I       PENDAHULUAN......................................................................... 1
                  1.1. Latar Belakang......................................................................... 1
                  1.2. Tujuan Percobaan..................................................................... 2
                  1.3. Manfaat.................................................................................... 2
BAB II      TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 3
                  2.1. Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)................................... 3
                        2.1.1. Sistematika Tumbuhan.................................................... 4
                        2.1.2. Kandungan Kimia........................................................... 8
                        2.1.3. Khasiat / Kegunaan Rosella............................................ 9
                  2.2. Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.).................................... 17
                        2.2.1. Sistematika Tumbuhan.................................................... 18
                        2.2.2. Kandungan Kimia........................................................... 19
                        2.2.3. . Khasiat / Kegunaan Meniran........................................ 21
BAB III    PERCOBAAN............................................................................... 25
                  3.1. Pembuatan Simplisia................................................................ 25
                        3.1.1. Hibiscus sabdariffa Flos.................................................. 25
                        3.1.2. Phyllanthus niruri Herba................................................. 25
                  3.2. Standarisasi Simplisia.............................................................. 25
3.2.1. Pemeriksaan Makroskopik.............................................. 26
3.2.2. Pemeriksaan Mikroskopik............................................... 26
                  3.3. Pemeriksaan Mutu Simplisia.................................................... 26
3.3.1. Penetapan Kadar Air...................................................... 26
3.3.2. Penetapan Kadar Sari Larut Air..................................... 27
3.3.3. Penetapan Kadar Sari Larut Etanol................................ 27
                  3.4. Pembuatan Ekstrak.................................................................. 28
3.5. Pembuatan Sediaan Obat Tradisional...................................... 28
3.5.1. Pembuatan Sediaan Modern......................................... 28
3.5.2. Pembuatan Sediaan Modern......................................... 29
BAB IV    HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 31
                  4.1. Hasil......................................................................................... 31
                  4.2. Pembahasan............................................................................. 33
BAB V      KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 35
                  5.1. Kesimpulan.............................................................................. 35
                  5.2. Saran........................................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Tumbuhan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Salah satu kegunaan tumbuhan tersebut adalah sebagai bahan baku obat. Penggunaan tumbuhan obat yang diramu secara tradisional semakin disukai karena pada umumnya tidak menimbulkan efek samping, seperti halnya obat sintetis yang terbuat dari bahan kimia.
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Bagian dari obat tradisional yang bisa dimanfaatkan adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga. Bentuk obat tradisional yang banyak dijual di pasar dapat berupa kapsul, serbuk, cair, simplisia dan tablet. Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu terbukti dari adanya naskah lama.
Salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai obat adalah tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.), merupakan tanaman semusim yang sering digunakan sebagai obat peningkat stamina dan daya tahan tubuh. Tingginya biasa mencapai 3,5 meter. Mudah dibudidayakan dari biji atau dari stek batang. Perlu banyak cahaya matahari dan tanah yang gembur. Bagusnya diberi pupuk kandang. Untuk menyemai rosella, bijinya perlu ditanam kira-kira 20 cm dari permukaan tanah. Pada awal pertumbuhan tanaman rosella perlu sering dibersihkan dari gulma / tanaman liar disekitarnya. Kelopak bunga rosella sudah bisa dipetik setelah 3 minggu dihitung dari hari pertama bunga mekar.
Bagian rosella yang dikonsumsi ialah kelopak bunga atau buahnya yang dipanggil kaliks. Kaliks berwarna merah terang dan bersifat mudah patah. Kaliks ini dikeringkan dan diseduh sebagai teh, digunakan dalam campuran juice, juga dipakai dalam campuran kue sebagai pewarna dan pengharum. Daun rosella yang asam bisa dipakai sebagai pemberi rasa asam pada makanan seperti pada sup tomyam dan sup ikan (Berkebun, Opini, Tanaman Obat, 2010).
1.2.Tujuan Percobaan
-          Untuk membuat obat peningkat stamina dan daya tahan tubuh dalam bentuk sediaan sirup fitofarmaka dari ekstrak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.).
-          Untuk membuat serbuk jamu seduhan dari kombinasi serbuk bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dan herba meniran (Phyllanthus niruri L.).

1.3.Manfaat
Penulis mengharapkan agar bunga rosella ini dapat dimanfaatkan secara optimal untuk berbagai keperluan yang  bermanfaat bagi masyarakat seperti untuk membuat sediaan obat, terutama obat peningkat stamina dan daya tahan tubuh dalam bentuk sediaan sirup fitofarmaka dan serbuk jamu seduhan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
rosella-merah









Gambar 1. Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)

            Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) adalah tanaman dari keluarga sejenis kembang sepatu. Konon tanaman ini berasal Afrika dan Timur Tengah. Tanaman perdu ini bisa mencapai 3-5 meter tingginya. Jika sudah dewasa, tanaman ini akan mengeluarkan bunga berwarna merah. Bagian bunga dan biji inilah bermanfaat baik untuk kesehatan (Budi Sutomo, 2007).
            Tanaman ini sudah ada sejak dulu di Indonesia, meskipun tanaman ini berasal dari India dan Afrika. Pada zaman dulu orang mengenal rosella dengan nama frambozen. Sering dipakai untuk sirop dengan warna kemerahan yang cantik dan aroma yang agak manis asam. Hampir di seluruh pelosok Indonesia mengenal tanaman ini (Eka Septia, 2007).
            Menurut DEP.KES.RI.No.SPP.1065/35.15/05, setiap 100 gr rosella mengandung 260-280 mg vitamin C, vitamin D, B1 dan B2. kandungan lainya adalah kalsium 486 mg, omega 3, Magnesium, beta karotin serta asam amino esensial seperti lysine dan agrinine. Bunga rosella juga kaya akan serat yang bagus untuk kesehatan saluran pencernaan (Budi Sutomo, 2007).

2.1.1. Sistematika Tumbuhan
Kingdom             : Plantae
Divisi                   : Spermatophyta
Sub divisi             : Angiospermae
Kelas                    : Dicotyledoneae
Anak Kelas          : Dialypetalae
Bangsa                 : Malvales (Columniferae)
Suku                    : Malvaceae
Marga                  : Hibiscus
Jenis                     : Hibiscus sabdariffa L.

Sinonim : Sabdariffa varaltissima

Nama Daerah :
  • Jawa Tengah   : Merambos Hijau
  • Meranjat          : Asam Kesur
  • Pagar Alam     : Kesew Jawe
  • Sp. Padang      : Asam Jarot
  • Muara Enim    : Esam Rejang

Nama Asing :
  • Jepang             : Kezeru
  • Arab                : Karkade
  • Prancis             : Oseille Rouge
  • Spanyol           : Quimbombo Chino
  • Malaysia          : Asam Paya, Asam Kumbang atau Asam Susur
  • India                : Jamaican Sorrel
  • Sudan              : Karkadeh
  • Rozella, Red Sorrel, Sour-sour, LemonBush, Florida Canberry.



Rosella merupakan tanaman asli Afrika tropik dan didomestikasi pertama karena bjinya enak dimakan dan kemudian karena daunnya, begitu juga karena tunas muda dan bagian bunganya.
Rosella didomestikasi pada awal abad 4000 SM di Sudan. Sebagai tanaman sayuran. Mencapai Amerika dan Asia pada abad ke 17. Tanaman ini digunakan sebagai tanaman serat pada waktu – waktu terakhir.
Hibiscus sabdariffa (Rosella) tidak dikenal diluar Afrika sampai tahun 1914, ketika biji dari Ghana diterima Filipina, tanaman ini dikenal sebagi tanaman yang potensial menghasilkan serat.
Percobaan penanaman dimulai di Cuba pada tahun 1919. Di Asia, Hibiscus sabdariffa dikenalkan ke Jawa pada tahun 1918 dan percobaan dimulai segera, kemudian diikuti negara-negara lain, meliputi Malaysia (1921), Sri Lanka (1923) dan India (1927).
Rosella diintroduksikan ke Vietnam pada tahun 1957. Sekarang rosella secara luas menyebar ke negara-negara tropik dan subtropik, biasanya ditanam sebagai tanaman serat atau sayuran. Dengan kata lain bangsa Indonesia sudah mengenal tananam rosella selama kurang lebih hampir 1 abad. Hal ini membuktikan bahwa teh Rosella yang ada di bumi Indonesia layak untuk menjadi tradisi dibanding dengan minuman teh yang lain (Anonim, 2009).
Umumnya masyarakat mengenal dengan nama Rosela, Rosella atau Roselle (Hibiscus Sabdariffa L). Dari segi kesehatan ternyata Rosella mempunyai manfaat untuk pencegahan penyakit. Menurut penelitian Ballitas Malang, bunga Rosella terutama dari tanaman yang berkelopak bunga tebal (juicy),misalnya Rosella Merah berguna mencegah penyakit kanker dan radang, mengendalikan tekanan darah, melancarkan peredaran darah dan melancarkan buang air besar.
Kelopak bunga Rosella dapat diambil sebagai bahan minuman segar berupa syrop dan teh, selai dan terutama dari tanaman yang berkelopak bunga tebal, yaitu Rosella, Kelopak bunga tersebut mengandung vitamin C, vitamin A dan Asam Amino yang diperlukan oleh tubuh, 18 diantaranya terdapat dalam kelopak bunga Rosella, termasuk raginin dan legnin yang berperan  dalam proses peremajaan sel tubuh. Selain itu Rosella juga mengandung protein dan kalsium.
Di Malaysia Rosella juga disebut Asam Paya, Asam Kumbang atau Asam Susur. Tumbuhan Rosella ada yang mengatakan berasal dari India tetapi juga ada yang mengatakan berasal dari Afrika Barat. Semula diperkenalkan di Malaysia sejak lebih dari tiga abad yang lampau. Di India Barat disebut Jamaican Sorrel.
Pohon Rosella tumbuh dari biji/benih dengan ketinggian mencapai 3-5 meter serta mengeluarkan bunga hampir sepanjang tahun. Bunga Rosella berwarna cerah, kelopak bunga/ kaliksnya berwarna gelap dan lebih tebal dibandingkan dengan bunga-bunga raya/sepatu. Bagian bunga Rosella yang bisa diproses menjadi makanan adalah kelopak bunganya yang mempunyai rasa amat masam. Kelopak bunga ini bisa diproses menjadi pelbagai jenis makanan seperti minuman, jelly, saos, serbuh (teh) atau manisan Rosella. Daun muda Rosella bisa juga dimakan sebagai ulam atau salad. Sementara itu di Afrika biji Rosella dimakan karena dipercaya mengandung minyak tertentu. Di Sudan Rosella diproses menjadi minuman tradisional yang dinamakan Karkadeh dan merupakan minuman kebangsaan orang Sudan.
Tumbuhan herba ini ternyata mampu berfungsi sebagai bahan antiseptik, penambah syahwat, agen astringen dan juga digunakan dalam pengobatan tradisional seperti batuk, lesu, demam, tekanan perasaan, gusi berdarah dan mencegah penyakit hati. Bunga Rosella banyak digunakan untuk pembuatan juice, saos, syrup dan juga sebagai bahan pewarna pada makanan.
Ekstrak dari kuncup bunganya mampu berfungsi sebagai antipasmodik (penahan kekejangan) antihelmik dan antibakteria. Selain itu ternyata Rosella mampu menurunkan kadar penyerapan alkohol. Daun tumbuhan herba ini juga bisa digunakan untuk merawat luka, penyakit kulit dan gigitan serangga (Riri Lestari, 2009).







HASIL PENELITIAN ROSELLA SEBAGAI ANTIOKSIDAN
1.      Pada tahun 2006 Ir. Didah Nurfaidah M.Si peneliti dari Ilmu dan teknologi pangan IPB melakukan penelitian tentang kandungan antioksidan pada rosela. Dalam penelitiannya, Didah mencampurkan bahan-bahan sebagai berikut : tiga kutum rosela yang digerus hingga menjadi bubuk seberat 1,5 gram. bubuk tersebut kemudian diberi air sebanyak 200 ml. Setelah itu kandungan kimia yang terdapat dalam campuran tersebut dianalisis berdasarkan panjang gelombang yang dibiaskan oleh larutan. Hasilnya , kandungan antioksidan dalam rosela lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan anti oksidan pada kumis kucing sebesar 1,7 mmol/prolox.
2.      John Mclntosh, peneliti dari inxtitute of food Nutrition and Human healt, Massey University Selandia Baru, mengekstrak rosela dengan mengeringkan kelopak bunganya pada suhu50 drajad C selama 36 jam. Selanjutnya, 3Gram rosela hasil pengeringan diencerkan dengan 300 ml air yang kemudian dimasukan dalam spektrofotometer. Hasilnya, rosela terbukti mengandung 24% antioksidan dan 51% autisianin. Dengan adanya antioksidan, sel-sel radikal bebas yang merusak inti sel dapat dihilangkan. Itu sebabnya rosela memiliki efek anti kanker. Sementara itu, zat antosianiun berperan menjaga kerusakan sel dari sinar ultraviolet berlebih yang diserap tubuh.

PENELITIAN KHASIAT ROSELLA PADA MANUSIA
1.      Pemberian ekstrak kelopak rasela yang telah standardisasi sehingga mengandung 9.6 mg anthocyanin setiap hari selama 4 minggu, mampu menurunkan tekanan darah (efek) hipotensis yang tidak berbeda nyata dengan pemberian captoril 50 mg/hari. Rosela terstandar tersebut dibuat dari 10 gram kelopak kering dan 0,52 liter air (Herera 2004).
2.      Terdapat penurunan tekanan darah sistolik sebesar 11,2% dan tekanan darah diastolic sebesar 10,7% setelah diberi terapi teh rosella selama 12 hari pada 31 penderita hipertensi sedang, dibanding dengan kelompok control (H. Faraji 1999).
3.      Terdapat penurunan kreatinin, asam urat, sitrat, tartat, kalsium, natrium, dan fosfat dalam urine pada 36 pria yang mengkomsumsi jus rosela sebanyak 16-24 g/dll/hari. (Kirdpon 1994)

2.1.2. Kandungan kimia
Bahan penting yang terkandung dalam kelopak bunga Rosella : Gassy Peptin, anthocyanin dan Glucoside Hibiscin.
Kelopak segar dalam 100 gram mengandung :
ü  Air 9,2 g
ü  Lemak 2,61 g
ü  Abu 6,90 g
ü  Protein 1,145 g
ü  Serat 12,0 g
ü  Fosforus 273,2 mg
ü  Karoten 0,029 g
ü  Riboflavin 0,277 mg
ü  Asid askorbik 6,7 mg
ü  Kalsium 1,263 mg
ü  Zat besi 8,98 mg
ü  Thiamine 0,117 mg
ü  Niacin 3,756 mg          (Riri Lestari, 2009).

Kandungan asam lemak dalam biji rosella :
ü  Asam miristin 2,1%
ü  Asam palmitin 35,2%
ü  Asam palmitolik 2%
ü  Asam stearat 3,4%
ü  Asam oleat 34%
ü  Asam linoleat 14,4%

Kandungan sterol dalam minyak biji rosella :
ü  b- sitosterol 61,3%
ü  kampasterol 15,5%
ü  kolesterol 5,1%
ü  ergosterol 3,2%  (Anonim , 2009)

Struktur bangun Vitamin C                            Struktur bangun anthocyanin




Struktur bangun gossypetin                            Struktur bangun Riboflavin   






Struktur bangun delphinidin 3-sambubioside dan cyanidin 3-sambubioside









2.1.3. Khasiat/ Kegunaan Rosella
·         Meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh.
·         Menormalkan kadar GULA DARAH , ASAM URAT dan KOLESTEROL dalam tubuh.
·         Baik untuk PEROKOK karena dapat mengurangi dampak negatif dari Nikotin serta dapat membasmi virus TBC dan mengurangi ketergantungan terhadap NARKOBA seta mencegah KANKER.
·         Mengatasi BATUK, Sakit Tenggorokan, Mengobati Sariawan.
·         Mengawetkan kehalusan kulit dan Mengurangi Keriput.
·         Dapat menurunkan berat badan, cocok untuk program diet.
·         Melindungi dari infeksi kuman, anti bakteri , anti virus serta dapat mengobati keracunan.
·         Bagi Anak-anak bermanfaat mempercepat pertumbuhan OTAK, karena mengandung OMEGA-3 dan memacu pertumbuhan DHA.
·         Memperbaiki metabolisme tubuh, memperlambat menopouse dan tulang keropos / pengapuran tulang (Anonim, 2009).
Pemanfaatan kelopak bunga Rosela sudah dikenal dan diteliti baik oleh pakar kesehatan modern maupun pakar kesehatan tradisional di berbagai negara di dunia. Kelopak bunga tersebut diketahui mengandung zat-zat penting yang diperlukan oleh tubuh, seperti vitamin C, vitamin A, protein esensial, kalsium, dan 18 jenis asam amino, termasuk arginina dan legnin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh.
Secara tradisional, ekstrak kelopak rosela berkhasiat sebagai antibiotik, aprodisiak (meningkatkan gairah seksual), diuretik (melancarkan buang air kecil), pelarut, sedativ (penenang), dan tonik. Sebuah penelitian yang dilakukan ilmuwan Chung San Medical University di Taiwan, Chau-Jong Wang, konsumsi rosela digunakan sebagai salah satu cara baru untuk mengurangi risiko penyakit jantung. Flora ini terbukti secara klinis mampu mengurangi jumlah plak yang menempel pada dinding pembuluh darah. Tidak hanya itu, rosela juga memiliki potensi untuk mengurangi kadar kolesterol jahat yang disebut LDL dan lemak dalam tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa rosela juga bermanfaat terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi (tekanan darah tinggi), membantu program diet bagi penderita kegemukan (obesitas), melancarkan peredaran darah, menurunkan demam umum, melancarkan dahak bagi batuk berdahak, dan dapat dimanfaatkan untuk melancarkan buang air besar.
Ditinjau menurut sudut pandang medis modern (kedokteran), mengkonsumsi olahan kelopak bunga rosela secara teratur menunjukkan kesetaraan hasil dengan pengobatan modern (farmakologis) pada beberapa penyakit berikut ini:

Sebagai Terapi Hipertensi
Pemberian ekstrak kelopak rosela yang mengandung 9,6 miligram anthocyanin setiap hari selama 4 minggu, mampu menurunkan tekanan darah yang hampir sama dengan pemberian captopril 50 mg/hari. Rosela terstandar tersebut dibuat dari 10 gram kelopak kering dan 0,52 liter air (Herrera-Arellano, 2004). Terdapat penurunan tekanan darah sistolik sebesar 11,2 % dan tekanan diastolik sebesar 10,7% setelah diberi terapi teh rosela selama 12 hari pada 31 penderita hipertensi sedang (Haji Faraji, 1999).

Asam Urat dan Kesehatan Ginjal
Tingginya kadar asam urat, kalsium dan natrium dalam darah secara mekanisme normal tubuh akan dikurangi dengan membuang kelebihan unsur tersebut melalui ginjal. Jika kondisi demikian dibiarkan berlangsung lama akan memberatkan kerja ginjal sebagai penyaring darah dalam tubuh. Kondisi ini dapat memicu kesakitan pada ginjal. Dengan mengkonsumsi rosela, ditemukan penurunan kreatinin, asam urat, sitrat, tartrat, kalsium, natrium, dan fosfat dalam urin pada 36 pria yang mengkonsumsi jus rosela sebanyak 16-24 g/dl/hari (Kirdpon, 1994).

Manfaat Lebih jauh
Rosela diketahui memiliki kandungan senyawa fenolik yang berfungsi sebagai antioksidan sebanyak 23,10 mg dalam setiap gram bobot kering kelopak rosela. Sejumlah antioksidan yang dikandung rosela tersebut memiliki aktivitas 4 kali lebih tinggi dibanding bubuk kumis kucing. Penelitian yang dilakukan oleh Ir Didah Nur Faridah MSi, periset Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor, menunjukkan bahwa kandungan antioksidan yang dimiliki oleh kelopak rosela terdiri atas senyawa gossipetin, antosianin, dan glukosida hibiscin yang mampu memberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit degeneratif (akibat proses penuaan) seperti jantung koroner, kanker, diabetes melitus, dan katarak.
Peneliti Faculty of Agriculture, Kagoshima University, De-Xing Hou menemukan adanya kandungan delphinidin 3-sambubioside dan cyanidin 3-sambubioside, antosianin pada rosela yang ampuh mengatasi kanker darah alias leukeimia. Cara kerjanya adalah dengan menghambat terjadinya kehilangan membran mitokondrial dan pelepasan sitokrom dari mitokondria ke sitosol. Jika molekul mengandung elektron seperti guanin DNA terserang, kesalahan replikasi DNA mudah terjadi. Kerusakan DNA memicu oksidasi LDL, kolesterol, dan lipid yang berujung pada penyakit ganas seperti kanker dan jantung koroner. Namun, antioksidan yang dikandung rosela meredam aksi radikal bebas yang menyerang molekul tubuh yang mengandung elektron. Secara singkat, adanya mekanisme tersebut menjelaskan bagaimana antioksidan yang terdapat dalam kelopak rosela menghambat pertumbuhan sel kanker dan kejadian penyakit jantung koroner.
Selain hal-hal yang dikemukakan di atas, rosela juga terbukti dapat menurunkan kadar trigliserida dan LDL-kolesterol dalam darah. Penelitian terhadap efek kerabat bunga sepatu itu terhadap kegemukan juga dilakukan oleh Sayago-Ayerdi SG dari Department of Nutrition, Universidad Complutense de Madrid, Spanyol. Menurut Sayago rosela mengandung 33,9% serat larut yang membantu meluruhkan lemak. Kendati demikian,kadar keasaman (pH) seduhan rosela mencapai 3,14 sehingga perlu diwaspadai reaksi lambung untuk pengidap maag, karena kemungkinan memiliki efek merugikan (Anonim, 2010).
1. Sebagai Anti Oksidan






Di Indonesia, penelitian tentang uji komponen zat gizi dan aktifitas anti oksidan pada kelopak bunga rosella pernah diteliti oleh Ir. Didah Nurfaridah di tahun 2005, dalam penelitiannya , staf pengajar departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi pertanian, Institut Pertanian Bogor, menemukan bahwa kadar anti oksidan dalam kelopak bunga rosella kering jauh lebih tinggi dibanding dengan tanaman kumis kucing dan bunga knop. Zat aktif yang paling berperan dalam kelopak bunnga rosella meliputi gossypetin, anthosianin, dan glucoside hibiscin.
Kadar anti oksidan yang tinggi pada kelopak rosella dapat menghambat radikal bebas. Beberapa penyakit kronis yang banyak ditemui saat ini banyak disebabkan oleh paparan radikal bebas yangn berlebihan. Diantaranya kerusakan ginjal,, diabetes, mellitus, jantung koroner, hingga kanker. Selain itu, radikal bebas juga dapat menyebabkan proses penuaan dini.
Semakin pekat warna merah pada kelopak bunga rosella, rasanya akan semakin asam dan kandungan anthosianin (sebagai anti oksidan) semakin tinggi. Sayangnya kadar anti oksidan tersebut menjadi berkurang bila mengalami proses pemanasan dan pengeringan (dengan oven). Kadar anti oksidan tersebut berada pada tingkat tertinggi jika dikonsumsi dalam bentuk kering.

2.      Antikanker



Dengan adanya anti oksidan, sel-sel radikal bebas yang merusak inti sel dapat di hilangkan. Itu sebabnya rosella memiliki efek anti kanker. Hasil penelitian Hui-Hsuan lin dari Institute Of Biochemistry dan Biotechnology, Chung San Medical University, Taichung, Taiwan. Membuktikan bahwa rosella bersifat anti kanker lambung. Penelitiannya menemukan anti oksidan rosella membunuh sel kanker dengan metode sitotoksis dan apoptosis.
Penelitian lain yang dilakukan oleh DE-Xing Hou di Jepang, seorang peneliti dari Department of Biochemical Science Ang Technology, Faculty Of Agricultur, Kagoshima University, Jepang, menemukan bahwa delphidin 3-sambubioside, antioksidan rosella ampuh mengatasi kanker darah alias leukemia.. Cara kerjanya dengan menghambat terjadinya kehilangan membrane mitokondria dan pelepasan sitokrom dari mitokondria ke setosol.

3.      Anti hipertensi

Mauren Williams, ND, seorang Dokter naturopathy dari Bastyr University di Seattle, Amerika Serikat, telah melakukan studi terhadap 70 orang dengan tingkat penyakit hipertensi ringan hingga sedang yang berada dalam kondisi sehat dan tidak melakukan pengobatan apapun sejak sebulan sebelum penelitian dilakukan. Secara acak, sebagian orang diminta untuk mengkonsumsi the rosella sebanyak 1 liter sebelum sarapan pagi, sebagian lagi mengkonsumsi 25 mg obat anti hipertensi. Setelah empat minggu, ternyata tekanan darah diastolic berkurang hingga sepuluh angka untuk 79 % orang yang mengkonsumsi rosella dan 84 % untuk orang yang mengkonsumsi obat antihipertensi.

4.      Penjaga Hati




Chau-Jung Wang dari Institute Of Biochemistry and Biotechnology, College Of Medicine, Chung San Medical University, Taichung Taiwan, menemukan khasiat lain rosella. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ekstrak rosella dapat mellindungi liver tikus. Setelah diberi 1-5 % rosella selama 9 minggu, kerusakan hati seperti steasis dan fibrosis turun. Metode kerjanya dengan cara menurunkan aspartate aminotransferase (ALT), memperbaiki jumlah glutathione yang berkurang, serta menghambat peningkatan jumlah perosida lemak akibat injeksi penyakit hati.

5.      Mencegah Osteoporosis

Zat terpenting dalam rosella yang berperan mencegah osteoporosis adalah kalsium. Kandungan kalsium dalam rosella cukup tinggi yaitu 486 mg/100 gr. Fungsi utama kalsium adalah mengisi kepadatan (densitas) tulang. Kalsium di dalam tulang mempunyai dua fungsi yaitu sebagai bagian integral dari struktur tulang dan sebagai tempat penyimpanan kalsium. Pada tahap awal pertumbuhan janin, dibentuk matriks sebagai cikal bakal tulang tubuh. Kemudian matriks tersebut semakin menguat melalui proses kalsifikasi yaitu terbentuknya kristal mineral. Kalsium dan fosfor merupakan unsur utama dalam struktur tersebut, sehingga keduanya harus berada dalam jumlah yang cukup terdapat dalam cairan yang mengelilingi matriks tulang (Erianto Simalango,2009).
Pengolahan dan Pemanfaatan
Kesalahan dalam pengolahan dan penyimpanan akan berpengaruh terhadap efektifitas kandungan zat dalam rosela. Tentu saja hal tersebut mampu menurunkan kemanfaatan terhadap tubuh dan efek dari mengkonsumsi rosela seperti yang kita harapkan tidak muncul. Kerusakan yang berdampak pada hilangnya manfaat kandungan zat aktif dalam rosela sebenarnya sangat mudah untuk dikenali. Rosela yang telah hilang kemanfaatannya dikenali melalui warna dari seduhan kelopak rosela. Tidak adanya warna merah anggur khas rosela dalam seduhannya menunjukkan antosianin (zat aktif dalam rosela, red.) telah terdegradasi dan khasiatnya pun sudah tidak ada lagi. Hal ini terjadi pada hasil olahan rosela yang berbentuk sirup dalam botol kaca bening yang terkena sinar matahari langsung. Untuk mendapatkan khasiat terbaik dalam kelopak rosela sebenarnya tidak sulit. Untuk mendapatkan ter rosela, bunga yang sudah dipetik, dijemur di bawah terik matahari selama 1-2 hari agar memudahkan pemisahan lidah kelopak dengan bijinya. Kemudian cuci air bersih dan jemur kembali selama 3-5 hari. Remas kelopaknya, jika mudah menjadi bubuk artinya kadar air telah mencapai 4-5%. Seduh 2-3 g teh rosela dengan air mendidih hingga larut dan air berubah menjadi kemerahan. Untuk diet, penderita batuk, atau diabetes gunakan gula rendah kalori seperti gula jagung. Atau setelah dipisahkan dari bijinya, bunga segar rosela yang telah dicuci dapat langsung diseduh dengan air panas. Di Afrika, rosela dijadikan selai atau jeli. Itu diperoleh dari serat yang terkandung dalam kelopak rosela. Rosela juga bisa dibuat salad buah yang dimakan mentah. Dapat juga dikonsumsi dengan kacang tumbuk atau direbus sebagai pengisi kue sesudah dimasak dengan gula. Kerap bisap-sebutan rosela di Senegal disuguhkan sebagai minuman tradisional saat natal. Caranya, kelopak rosela dicampur irisan jahe dan gula lalu ditaruh pada teko tembikar. Setelah itu dididihkan dan diamkan semalam. Disajikan dengan menambahkan es dan rum, ‘Jus’ itu berasa, beraroma, dan berwarna mirip minuman anggur (Wikipedia.com).
Menurut DEP.KES.RI.No.SPP.1065/35.15/05, setiap 100 gr rosella mengandung 260-280 mg vitamin C, vitamin D, B1 dan B2. Kandungan lainya adalah kalsium 486 mg, omega 3, Magnesium, beta karotin serta asam amino esensial seperti lysine dan agrinine. Bunga rosella juga kaya akan serat yang bagus untuk kesehatan saluran pencernaan.Tanaman yang berkembang biak dengan biji ini bermanfaat baik untuk kesehatan. Stamina tubuh akan meningkat jika minum the rosella, masuk akal karena di rosella mengandung vitamin C dan mineral esensial yang cukup tinggi. Vitamin C rosella juga dipercaya mampu menangkal radikal bebas penyebab kanker. Kalsium yang tinggi dapat mencegah keropos tulang. Sedangkan zat-zat tertentu di dalam rosella mampu meremajakan sel tubuh serta melindungi tubuh dari inveksi kuman dan virus.
Jika Anda ingin membuat the rosella, ambil sekitar 3-4 kuntum bunga rosella segar, cuci bersih dan belah dua. Seduh dengan 200 ml air panas, aduk sambil sedikit di tekan-tekan kelopak bunganya hingga air berwarna merah, saring. Tambahkan 1 sendok makan air jeruk nipis dan 2 sendok makan madu. Sajikan hangat.
Bunga rosella juga dapat dijadikan bahan baku selai, warnanya yang merah menyala, menghasilkan selai yang menyehatkan dan berwarna cantik. Anda memerlukan 250 g kuntum bunga rosella, 1 sendok makan tepung maizena, air 150 ml, gula pasir 150 g, air jeruk lemon/nipis 3 sendok makan, 1/4 sendok teh vanilla pasta dan ¼ sendok teh garam halus.
Cara membuatnya : blender bunga rosella dengan air dan tepung maizena hingga halus. Angkat dan tuang ke dalam panci, tambahkan gula dan air. Masak hingga mendidih, masukkan jeruk nipis, pasta vanili dan garam. Masak hingga tekstur saus mengental. Angkat dan simpan di dalam stoples kedap udara (Anonim, 2009).

2.2.            meniranHerba meniran (Phyllanthus niruri L.)







Gambar 2. Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Meniran (Phylanthus urinaria, Linn.), memiliki morfologi batang : Berbentuk bulat berbatang basah dengan tinggi kurang dari 50 cm. Daun : Mempunyai daun yang bersirip genap setiap satu tangkai daun terdiri dari daun majemuk yang mempunyai ukuran kecil dan berbentuk lonjong. Bunga : Terdapat pada ketiak daun menghadap kearah bawah.
Meniran merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah tropis yang tumbuh liar di hutan-hutan, ladang-ladang, kebun-kebun maupun pekarangan halaman rumah. Pada umumnya tidak dipelihara, karena dianggap tumbuhan rumput biasa. Tumbuhan ini dapat subur ditempat yang lembab pada dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut (Anne Ahira, 2010).


2.2.1. Sistematika Tumbuhan
Kingdom          : Plantae
Divisi                : Spermatophyta
Sub divisi          : Angiospermae
Kelas                 : Dicotyledoneae
Anak kelas        : Monochlamydeae (Apetalae)
Bangsa              : Euphorbiales (Tricoceae)
Suku                : Euphorbiaceae
Marga               : Phylanthus
Jenis                  : Phylanthus urinaria Linn

Sinonim :
-          Phylanthus alatus Bl.
-          Phylanthus cantonensis Hornem.
-          Phylanthus echinatus Wall.
-          Phylanthus lepidocarpus Sieb.et Zucc
-          Phylanthus leprocarpus Wight.

Nama Daerah :
  • Jawa                : Meniran
  • Ternate            : Gasau madungi

Nama Asing :
  • Inggris             : Child pick a back
  • India                : Kilanelli
  • Cina                 : Zhen chu cao, Ye xia zhu

Batang berbentuk bulat berbatang basah dengan tinggi kurang dari 50 cm. Mempunyai daun yang bersirip genap setiap satu tangkai daun terdiri dari daun majemuk yang mempunyai ukuran kecil dan berbentuk lonjong. Bunga : Terdapat pada ketiak daun menghadap kearah bawah. Syarat Tumbuh : Meniran tumbuhan berasal dari daerah tropis yang tumbuh liar di Hutan-hutan, ladang-ladang,
Kebun-kebun maupun pekarangan halaman rumah, pada umumnya tidak dipelihara, karena dianggap tumbuhan rumput biasa. Meniran tumbuh subur ditempat yang lembab pada dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut.
Phyllanthus niruri LINN merupakan tanaman tahunan dengan tinggi30-50cm, bercabang-cabang. Batang berwarna hijau pucat. Daun tunggal, letak berseling. Helaian daun bundar telur sampai bundar memanjang, ujung tumpul, pangkal membulat, permukaan bawah berbintik kelenjang, tepi rata, panjang sekitar 1.5 cm, lebar sekitar 7 mm, berwarna hijau.
Ditemukan di daerah tropis. Mudah tumbuh. Banyak ditemui di pinggir jalan, sungai, dan danau.
Dikenal lama sebagai antivirus, anti bakteria, peluruh batu ginjal, antitumor, dsb. Dahulu, meniran dikonsumsi dengan cara tradisional, yakni daun meniran di cuci bersih, di rebus, dan air rebusannya diminum. Dengan cara ini, ada beberapa efek samping yang terkandung dalam meniran ikut terminum.

2.2.2. Kandungan kimia
Kandungan zat aktif dalam simplisia  Meniran meliputi filantin, hipofilantin, dan kalium. Herba meniran (Phyllanthus niruri L.) banyak mengandung beberapa zat kimia yaitu: flavonoid, tanin, alkaloid, saponin, lignan.

1) Flavonoid merupakan senyawa larut dalam air yang dapat diekstraksi dengan etanol 70% dan tetap ada lapisan air setelah dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila ditambah basa atau amoniak. Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon. Flavonoid yang merupakan bentuk kombinasi glikosida, terdapat dalam semua tumbuhan berpembuluh (Harborne, 1987). Beberapa turunan flavonoid terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi dan hanya terdapat pada organ-organ tertentu dari tumbuhan seperti akar, batang, daun, bunga, biji, dan kulit kayu.

2) Lignan berupa zat padat hablur tanpa warna yang menyerupai senyawa aromatik sederhana yang lain dalam sifat kimianya. Lignan tersebar luas di dunia tumbuhan, terdapat dalam kayu, daun, eksudat, damar, dan bagian tumbuhan lain. Lignan terkadang dijumpai sebagai glikosida. Lignan digunakan sebagai antioksidan dalam makanan. Selain itu lignan juga merupakan kandungan kimia yang aktif dalam tumbuhan obat tertentu.
                          
3) Tanin tersebar dalam setiap tanaman yang berbatang. Tanin berada dalam jumlah tertentu, biasanya berada pada bagian spesifik tanaman seperti : daun, buah, akar, batang. Tanin merupakan senyawa kompleks, biasanya merupakan campuran polifenol yang sukar untuk dipisahkan karena tidak dalam bentuk kristal. Di dalam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak maka reaksi penyamaan dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan. Salah satu fungsi utama tanin yaitu sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat (Harborne, 1987). Tanin dapat meringankan diare dengan menciutkan selaput lendir usus (Tjay dan Raharja, 1991).

4) Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkaloid termasuk senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau atom nitrogen dan berbentuk kristal. Untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasanya pahit di lidah serta mempunyai efek fisiologis kuat atau keras terhadap manusia. Sifat lain yaitu sukar larut dalam air dengan suatu asam akan membentuk garam alkaloid yang lebih mudah larut (Harborne, 1987).

5) Saponin adalah senyawa aktif yang menimbulkan busa jika dikocok dengan air. Pada konsentrasi rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah. Saponin dapat bekerja sebagai antimikroba. Kelarutan saponin dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter (Robbinson, 1995).


2.2.3. Khasiat / Kegunaan Meniran
Meniran dapat digunakan untuk obat Sakit kuning (lever), Malaria, Demam, Ayan, Batuk, Haid lebih, Disentri, Luka bakar, Luka koreng, Jerawat.

Pemanfaatan Meniran
·         Sakit kuning
  1. Bahan Utama: 16 Tanaman Meniran (akar, Batang, daun)
·         Bahan Tambahan: 2 gelas Air Susu
·         Cara membuat: Tanaman meniran dicuci lalu ditumbuk halus dan direbus dengan 2 gelas air susu sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas.
·         Cara menggunakan:  disaring dan diminum sekaligus; dilakukan setiap hari.
  1. Bahan Utama: 7 batang tanaman meniran (akar, Batang dan bunga)
·         Bahan Tambahan: 7 buah Bunga cengkeh kering,  5 cm rimpang umbi temulawak, 1 potong kayu manis
·         Cara Membuat: Seluruh bahan direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas
·         Cara menggunakan: disaring dan diminum 2 kali sehari. 

2. Malaria
  • Bahan utama: 7 Batang tanaman Meniran lengkap
  • Bahan tambahan: 5 Biji bunga cengkeh kering, 1 potong kayu manis
  • Cara membuat:  Seluruh  bahan dicuci bersih, kemudian ditumbuk halus dan direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih.
  • Cara menggunakan:   disaring dan diminum 2 kali sehari.

3. Ayan
  • Bahan Utama: 17 - 21 batang tanaman meniran (akar, batang, daun dan Bunga)
  • Cara membuat:  bahan dicuci bersih,  kemudian direbus dengan 5 gelas air sampai mendidih hingga tinggal ± 2,5 gelas.
  • Cara menggunakan:  disaring dan diminum 1 kali sehari sehari 3/4 gelas selama 3 hari berturut-turut


4. Demam
  • Bahan utama: 3-7 batang Tanaman meniran lengkap (akar, batang, daun dan bunga)
  • Cara membuat: bahan dicuci bersih, kemudian diseduh dengan 1 gelas air panas .
  • Cara menggunakan:  disaring, kemudian diminum sekaligus.

5. Batuk
  • Bahan Utama: 3 - 7 batang tanaman meniran lengkap (akar, batang, daun, dan bunga)
  • Bahan tambahan:  Madu secukupnya.
  • Cara membuat:  Bahan dicuci bersih, kemudian ditumbuk halus dan direbus dengan 3 sendok makan air masak, hasilnya dicampur dengan 1 sendok makan madu sampai merata.
  • Cara menggunakan:  diminum  sekaligus dan dilakukan 2 kali sehari.

6. Haid berlebihan
  • Bahan    Utama: 3 - 7  potong akar Meniran kering
  • Bahan tambahan    : 1 gelas air tajan
  • Cara membuat: bahan ditumbuk halus dan direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih, Kemudian ditambah dengan 1 gelas air tajin dan diaduk sampai rata.
  • Cara menggunakan: disaring dan diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.

7. Disentri
  • Bahan Utama: 17 batang tanaman meniran lengkap (akar, batang, daun dan bunga )
  • Cara membuat: direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih
  • Cara menggunakan: disaring dan diminum 2 kali sehari, pagi dan sore. 

8. Luka Bakar Kena Api atau Air Panas
  • Bahan Utama: 3 - 7 batang tanaman meniran lengkap (akar, batang, daun dan bunga)
  • Bahan Tambahan: 1 Rimpang umbi temulawak (4 cm), 3 buah bunga cengkeh kering, 1 potong kayu Manis.
  • Cara membuat: Bahan utama  ditumbuk halus, dan temulawak diiris-iris . Kemudian dicampur dengan bahan -bahan yang lain dan direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih.

9. Luka koreng
  • Bahan Utama:  9 - 15 batang meniran lengkap (akar, batang, daun dan bunga)
  • Cara membuat:  Bahan Utama dicuci Bersih dan ditumbuk halus. Kemudian direbus dengan 1 cerek air.
  • Cara menggunakan: dalam keadaan hangat-hangat dipakai untuk mandi.

10. Jerawat
  • Bahan Utama:  7 Batang tanaman meniran
  • Bahan Tambahan:  1 Rimpang umbi kunyit (4 cm)
  • Cara membuat:  Seluruh  bahan dicuci sampai bersih dan ditumbuk sampai halus, Kemudian direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas.
  • Cara menggunakan: disaring dan diminum sekaligus, ulangi secara teratur setiap hari.   

BAB III
PERCOBAAN

3.1.  Pembuatan simplisia
3.1.1. Hibiscus sabdariffa Flos
a.          Sampling: 
Dilakukan secara purposif, diambil dari Balige, kecamatan Toba Samosir, propinsi Sumatera Utara pada tanggal 26 Agustus 2010.
b.      Pengolahan sampel:
Bunga Rosella dipisahkan dari bijinya, kemudian disortasi basah. Bunga yang telah terpisah dari bijinya ini selanjutnya ditiriskan, dan akhirnya dikeringkan dalam oven.

3.1.2. Phyllanthus niruri Herba
a.             Sampling:
Dilakukan secara purposif, diambil dari 2 daerah yakni : Kecamatan Medan Marelan, Kelurahan Tanah 600 dan Kecamatan Labuhan Deli, Kelurahan helvetia, Pasar IV,  propinsi Sumatera Utara pada tanggal 19 Agustus 2010.
b.      Pengolahan sampel
Herba Meniran  dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran berupa tanah, Pasir, dan bahan lain yang tidak diperlukan. Lalu ditiriskan pada kertas perkamen kemudian disortasi basah. Setelah itu bahan ditimbang dengan neraca kasar dan dicatat sebagai berat basah. Sampel diambil bagian yang diinginkan,  yakni herbanya. Herba dipotong-potong/dirajang. Selanjutnya dimasukkan dalam lemari pengering (3-5 hari). Setelah kering sampel ditimbang dan dicatat sebagai berat kering, lalu dihitung susut pengeringannya.

3.2. Standarisasi simplisia
Simplisia yang distandarisasi adalah simplisia Hibiscus sabdariffa Flos

3.2.1. Pemeriksaan makroskopik
Ciri        :
a.       Bunga                    : berwarna merah sampai merah tua, merupakan bunga majemuk tak terbatas (inflorescentia centripentala), memiliki kelopak tambahan (epicalyx), jumlah kelopak 8-9 yang sifatnya berlekatan (gamosepalus).
b.      Simplisia                : berwarna merah, tidak berbau dan tidak berasa.
(Gambar terlampir)

3.2.2. Pemeriksaan mikroskopik
Ciri        :
a.       Bunga
-          Penampang melintang : terdiri atas trikoma (terdapat pada epidermis atas), kutikula, epidermis atas, parenkim, ruang antarsel (kecil), dan epidermis bawah.
-          Penampang membujur : terdiri atas epidermis atas, terdapat kistal kalsium oksalat berbentuk kelenjar (druise).
b.      Simplisia             :  terdiri atas rambut, endosperm berisi butir minyak atsiri berwarna kemerahan.
(Gambar terlampir)

3.3. Pemerikasaan Mutu Simplisia
3.3.1. Penetapan Kadar Air
Cara Destilasi (menurut Farmakope Indonesia Edisi III, halaman 817)
Masukkan sejumlah zat uji yang ditimbang saksama yang diperkirakan mengandung 2 ml sampai 4 ml air ke dalam labu. Jika zat uji berupa massa lembek, timbang pada sehelai aluminium dengan ukuran yang sesuai dengan mulut labu. Untuk zat uji yang menyebabkan gejolak mendadak, tambahkan pasir kering secukupnya hingga menutupi dasar labu atau sejumlah tabung kapiler yang salah satu ujungnya dileburkan, panjang lebih kurang 100 mm. Masukkan lebih kurang 200 ml toluen P ke dalam labu, hubungkan alat. Tuangkan toluen P ke dalam tabung penerima E melalui alat pendingin. Panaskan labu hati-hati selama 15 menit.
Setalah toluen mulai mendidih, suling dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes tiap detik, hingga sebagian besar air tersuling. Kemudian naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air tersuling, cuci bagian dalam pendingin dengan toluen, sambil dibersihkan dengan sikat tabung yang disambung pada sebuah kawat tembaga dan telah dibasahi dengan toluen. Lanjutkan penyulingan selama 5 menit. Biarkan tabung penerima mendingin hingga suhu kamar. Jika ada tetesan air yang melekat pada dinding tabung penrima, gosok dengan karet yang diikat pada sebuah kawat tembaga dan dibasahi dengan toluen hingga tetesan air turun. Setelah air dan toluen memisah sempurna, baca volume air. Hitung kadar air dalam%.

3.3.2. Penetapan Kadar Sari Larut Air
Keringkan serbuk di udara, maserasi selama 24 jam 5,0 g serbuk dengan 100 ml air-kloroform P, menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring, uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan sisa pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen sari yang larut dalam air, dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

3.3.3. Penetapan Kadar Sari Larut Etanol
Keringkan serbuk di udara, maserasi selama 24 jam 5,0 g serbuk dengan 100 ml etanol (70%), menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring cepat dengan menghindarkan penguapan etanol (70%), uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan sisa pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol (70%), dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

3.4. Pembuatan Ekstrak
Metode            : Perkolasi
Cara                 : 186 gram serbuk simplisia Hibiscus sabdariffa dimaserasi dengan etanol 70% selama 1 jam. Kemudian dirangkai perkolator, lalu dimasukkan simplisia yang sudah dimaserasi ke dalamnya. Perkolasi dilakukan selama beberapa hari. Perkolasi dihentikan setelah larutan perkolat encer. Ekstrak hasil perkolasi kemudian dipekatkan dengan menggunakan alat rotavapor. Hasil ekstrak yang sudah dirotavapor diuapkan di atas penangas air hingga diperoleh ekstrak kental.

3.5. Pembuatan Sediaan Obat Tradisional
3.5.1. Pembuatan Sediaan Modern (Sirup Fitofarmaka)
3.5.1.1. Formulasi
R/ Ext. Hibiscus sabdariffa     5 g
     Na. Benzoat                       0,1%
     Sirup simpleks                    ad. 100 ml      

3.5.1.2. Alat dan Bahan yang diperlukan
a.       Alat
-          Erlenmeyer
-          Beaker gelas
-          Panci
-          Kompor
-          Batang pengaduk
-          Gelas ukur
-          Botol amber 100ml
-          Corong kaca
-          Mortir dan stamper
-          Spatula
b.      Bahan
-          Ext. Hibiscus sabdariffa
-          Gula
-          Akuades
-          Etanol 70%
-          Natrium benzoat

3.5.1.3. Cara Pembuatan
Pembuatan sirup simplek :
65 g gula dididihkan dalam 100 ml air, disaring, lalu dinginkan.
Pembuatan sediaan :
Ke dalam lumpang masukkan ekstrak Hibiscus sabdariffa yang dilarutkan dalam 5 ml etanol 70 %, gerus sampai homogen. Encerkan dengan sirup simplek (massa 1). Na benzoat dilarutkan dalam aquadest, campurkan aduk homogen. Tambahkan sirup simplek sampai volume 100 ml.

3.5.1.4. Evaluasi Obat Jadi
-          Rasa                                  : manis keasaman
-          Bau                                    : khas seperti bau gula (bau manis)
-          Warna                                : merah tua
-          Homogenitas                     : ekstrak Hibiscus sabdariffa larut dengan merata dalam sirup simpleks sebagai pembawanya
-          Jumlah sediaan      : 10 botol
(foto produk terlampir)

3.5.2. Pembuatan Sediaan Konvensional (Serbuk Jamu Seduhan)
3.5.2.1. Formulasi
R/ Hibiscus sabdariffa flos      1 g
    Phyllanthus niruri herba      1 g
    Laktosa                         ad. 7 g

3.5.1.2. Alat dan Bahan yang diperlukan
a.       Alat
-          Mortir dan stamper
-          Sudip
-          Kertas perkamen
-          Spatula
-          Plastik klep
c.       Bahan
-          Serbuk  Hibiscus sabdariffa
-          Serbuk Phyllanthus niruri
-          Laktosa

3.5.2.3. Cara Pembuatan
Masukkan sebagian laktosa ke dalam lumpang, tambahkan serbuk Hibiscus sabdariffa, gerus homogen. Kemudian masukkan sedikit demi sedkit ke dalamnya serbuk Phyllanthus niruri dan sisa laktosa, gerus hingga homogen.

3.5.2.4. Evaluasi Obat Jadi
-          Rasa                                  : sedikit asam
-          Bau                                    : berbau khas
-          Warna                                : agak kemerahan
-          Homogenitas                     : serbuk Hibiscus sabdariffa dan serbuk Phyllanthus niruri tercampur merata dengan laktosa sebagai bahan pembawa
-          Jumlah sediaan                  : 20 bungkus
(foto produk terlampir)








BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
No.
Percobaan
Tanggal
percobaan
Hasil
Syarat
Ket
1.



2.


Pembuatan simplisia
Berat basah
Berat kering
Susut pengeringan
Standarisasi Simplisia
Pk air
Pk sari larut air
Pk sari larut etanol
27-8-2010



28-10-2010

6,5 kg
0,5 kg
92,3%

11,32 %
31,56 %
28,11 %

-
-
-

-
-
-

-
-
-

-
-
-
Catatan :
Tidak ada persyaratan dari MMI

Data Penetapan Kadar Air
a.       Penetapan kadar air I
V1 = 1,2 skala
V2 = 1,8 skala
Berat sampel = 5,004 g
% kadar air 1 =
b.      Penetapan kadar air II
V1 = 1,8 skala
V2 = 2,4 skala
Berat sampel = 5,004 g
% kadar air 2 =
c.       Penetapan kadar air III
V1 = 2,4 skala
V2 = 2,9 skala
Berat sampel = 5,004 g
% kadar air 3 =

Jadi, penetapan kadar air =



Data Penetapan Kadar Sari Larut Etanol


             Data cawan kosong              
     I                      II                                             
42,9544           42,9545
45,0146           45,0146
47,6717           47,6719
Data cawan kosong + ekstrak
     I                       II
            43,2454           43,2454
45,3118           45,3120
47,9272           47,9273



Berat sampel I = 5,001 g
% kadar sari larut etanol I       =
= = 29,09 %
Berat sampel I = 5,001 g
% kadar sari larut etanol II     =
= = 29,71 %
Berat sampel I = 5,002 g
% kadar sari larut etanol III    =
= = 25,55 %
Jadi, % kadar sari larut air       =  = 28,11 %







Data Penetapan Kadar Sari Larut Air


Data cawan kosong               
     I                      II                                              
46,2382           46,2383
60,0077           60,0079
43,1665           43,1666
Data cawan kosong + ekstrak
     I                       II
            46,5275           46,5277
60,3377           60,3379
43,4944           43,4947



Berat sampel = 5,002 g
% kadar sari larut air I             =
= = 28,92%
Berat sampel = 5,001 g
% kadar sari larut air II           =
= = 32,99%
Berat sampel = 5,001 g
% kadar sari larut air III          =
= = 32,78%
Jadi, % kadar sari larut air       =  = 31,56 %

4.2. Pembahasan
            Dari hasil percobaan diperoleh data penetapan kadar air pada simplisia Rosella adalah 11,32 %. Namun belum dapat disebutkan apakah kadar air tersebut memenuhi syarat, karena persyaratannya tidak terdapat di dalam MMI (Materia Medika Indonesia).
            Pada awal formulasi, penulis merencanakan komposisi ekstrak Rosella adalah 2 gram tiap 100 ml sirup. Namun rasa yang dihasilkan dari formulasi ini terlalu manis, dengan kata lain rasa asli (rasa asam) dari Rosella tidak ada. Sehingga akhirnya dicoba melakukan formulasi dengan komposisi 5 gram tiap 100 ml sirup, barulah rasa sirup menjadi lebih baik dari sebelumnya (rasa asam Rosella bercampur rasa manis sirup simpleks). Sirup ROSELLIX® ini mengandung sirup simpleks (dengan kata lain kadar gula tinggi), dimana memungkinkan mikroba dapat tumbuh dengan baik di dalamnya. Oleh sebab itu, penulis menambahkan pengawet dalam formulasinya, yaitu Natrium benzoate dengan kadar 0,1% untuk menjaga kestabilan dan ketahanan sediaannya dari cemaran mikroba.
           


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan
-          Simplisia bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) mengandung senyawa yang berkhasiat untuk meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh yaitu kandungan senyawa fenolik (yang berfungsi sebagai antioksidan).
-          Ekstrak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dapat diformulasikan sebagai obat peningkat stamina dan daya tahan tubuh dalam bentuk sediaan sirup fitofarmaka yakni Rosellix®.
-          Serbuk bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dapat dikombinasikan dengan serbuk herba meniran (Phyillanthus niruri L.) menjadi obat peningkat stamina dan daya tahan tubuh dalam bentuk serbuk jamu seduhan yakni Roman®.

5.2.Saran
-          Sebaiknya dilakukan identifikasi terhadap kandungan zat aktif pada simplisia bunga Rosella.
-          Sebaiknya ditentukan kadar zat aktif dari bunga Rosella dan herba Meniran yang berfungsi sebagai peningkat stamina dan daya tahan tubuh, sehingga diperoleh dosis yang tepat dalam formulasinya.

DAFTAR PUSTAKA


Anne Ahira, 2010. Rosella

Anonima, 2009. Rosella

Anonimb, 2009. Manfaat Rosella

Anonima, 2010. Rosella

Anonimb, 2010. Manfaat bunga Rosella buat Tubuh

Budi Sutomo, 2007. Manfaat Teh Bunga Rosella

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta : Depkes RI

Eka Septia, 2007. Rosella Si Merah yang kaya Antioksidan

Erianto Simalango,2009. Manfaat Rosella

Riri Lestari, 2009. Cara Baru Minum dengan Rosella
http://CARA%20BARU%20MINUM%20TEH%20DENGAN%20ROSELLA%20TEA.htm

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. (2007). Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi Keenam, Cetakan Pertama. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

T., Gembong. 2001. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Santosa, D. dan Didik Gunawan, 2001. Ramuan Tradisiaonal Untuk Penyakit Kulit. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 74-76
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar