Selasa, 31 Agustus 2010

Antiinflamasi

ANTIINFLAMASI

I. PENDAHULUAN
Antiflogistik adalh obat yang dapat mencegah dan melawan terjadinya peradangan. Disebut pula anti inflamasi.
Efek anti radang didasarkan atas :
a. Vasokonstriksi dan penurunan permeabilitas kapiler-kapiler, akibatnya oedem hilang dan peradangan pun hilang.
b. Merintangi terbentuknya mediator nyeri, sebagai mediator nyeri adalah :
- histamine
- serotonin
- plasmokinin (antara lain bradikinin)
- prostaglandin
c. Efek stabilitas terhadap membrane lisosom.
Obat-obat anti radang ini antara lain :
1. Hydrocortisone/Cortisone
2. Prednisolon
3. Triamcinolon
4. Dexamethason
5. Betamethason
6. Serratio Peptidase
7. Ketoprophenum. (Moh. Anief,1990)
Inflamasi
Fenomena inflamasi pada tingkat bioseluler semakin jelas. Respons inflamasi terjadi dalam 3 fase dan diperantarai mekanisme yang berbeda : (1) fase akut, dengan cirri vasodilatasi local dan peningkatan permeabilitas kapiler; (2) reaksi lambat, tahap subakit dengan cirri infiltrasi sel leukosit dan fagosit; dan (3) fase proliferatif kronik, saat degenerasi dan fibrosis terjadi.Kalau pada masa lalu dalam proses inflamasi ditekankan promosi migrasi sel, akhir-akhir ini focus tertuju pada interaksi mediator-mediator adesif antara leukosit dan trombosit, termasuk selektin-L,-E,-P,ICAM-1 (intracellular adhesive molecule-1),VCAM-1(vascular cell adhesive molecule-1), dan leukosit integrin dalam proses adhesi leukosit dan trombosit dengan endothelium di area inflamasi. (P. Freddy Wilmana dan Sulistia G.,2007)
II. TUJUAN PERCOBAAN
- Untuk mengetahui mekanisme terjadinya inflamasi
- Untuk mengetahui efek pemberian karagenan pada hewan percobaan
- Untuk mengetahui mekanisme karagenan dalam menimbulkan inflamasi
- Untuk membandingkan efek antiiflamasi antara Dexamethason dan Na diklofenak
- Untuk mengetahui gejala-gejala inflamasi

III. PRINSIP PERCOBAAN
Induksi radang pada kaki hewan percobaan yang dilakukan melalui penyuntikan karagenan secara intraplantar setelah pemberian obat Na diklofenak dan Dexamethason secara oral pada setengah jam sebelum penyuntikan karagenan akan menimbulkan efek radang berupa udem, di mana ukuran radang kaki hewan percobaan diukur dengan pletismometer yang bekerja berdasarkan hukum Archimedes. Aktivitas antiinflamasi Na diklofenak dan Dexamethason ditunjukkan oleh kemampuannya mengurangi radang yang diinduksi pada hewan tersebut, yang dapat diukur dengan pletismometer.
















IV. TINJAUAN PUSTAKA
Obat antiinflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang). Istilah "non steroid" digunakan untuk membedakan jenis obat-obatan ini dengan steroid, yang juga memiliki khasiat serupa. NSAID bukan tergolong obat-obatan jenis narkotika.
Mekanisme kerja NSAID didasarkan atas penghambatan isoenzim COX-1 (cyclooxygenase-1) dan COX-2 (cyclooxygenase-2). Enzim cyclooxygenase ini berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin dan tromboksan dari arachidonic acid. Prostaglandin merupakan molekul pembawa pesan pada proses inflamasi (radang).
NSAID dibagi lagi menjadi beberapa golongan, yaitu golongan salisilat (diantaranya aspirin/asam asetilsalisilat, metil salisilat, magnesium salisilat, salisil salisilat, dan salisilamid), golongan asam arilalkanoat (diantaranya diklofenak, indometasin, proglumetasin, dan oksametasin), golongan profen/asam 2-arilpropionat (diantaranya ibuprofen, alminoprofen, fenbufen, indoprofen, naproxen, dan ketorolac), golongan asam fenamat/asam N-arilantranilat (diantaranya asam mefenamat, asam flufenamat, dan asam tolfenamat), golongan turunan pirazolidin (diantaranya fenilbutazon, ampiron, metamizol, dan fenazon), golongan oksikam (diantaranya piroksikam, dan meloksikam), golongan penghambat COX-2 (celecoxib, lumiracoxib), golongan sulfonanilida (nimesulide), serta golongan lain (licofelone dan asam lemak omega 3).
Parasetamol (asetaminofen) seringkali dikelompokkan sebagai NSAID, walaupun sebenarnya parasetamol tidak tergolong jenis obat-obatan ini, dan juga tidak pula memiliki khasiat anti nyeri yang nyata.
Penggunaan NSAID yaitu untuk penanganan kondisi akut dan kronis dimana terdapat kehadiran rasa nyeri dan radang. Walaupun demikian berbagai penelitian sedang dilakukan untuk mengetahui kemungkinan obat-obatan ini dapat digunakan untuk penanganan penyakit lainnya seperti colorectal cancer, dan penyakit kardiovaskular.
Secara umum, NSAID diindikasikan untuk merawat gejala penyakit berikut: rheumatoid arthritis, osteoarthritis, encok akut, nyeri haid, migrain dan sakit kepala, nyeri setelah operasi, nyeri ringan hingga sedang pada luka jaringan, demam, ileus, dan renal colic (1).
Sebagian besar NSAID adalah asam lemah, dengan pKa 3-5, diserap baik pada lambung dan usus halus. NSAID juga terikat dengan baik pada protein plasma (lebih dari 95%), pada umumnya dengan albumin. Hal ini menyebabkan volume distribusinya bergantung pada volume plasma. NSAID termetabolisme di hati oleh proses oksidasi dan konjugasi sehingga menjadi zat metabolit yang tidak aktif, dan dikeluarkan melalui urin atau cairan empedu.
NSAID merupakan golongan obat yang relatif aman, namun ada 2 macam efek samping utama yang ditimbulkannya, yaitu efek samping pada saluran pencernaan (mual, muntah, diare, pendarahan lambung, dan dispepsia) serta efek samping pada ginjal (penahanan garam dan cairan, dan hipertensi) (1) . Efek samping ini tergantung pada dosis yang digunakan.
Obat ini tidak disarankan untuk digunakan oleh wanita hamil, terutama pada trimester ketiga. Namun parasetamol dianggap aman digunakan oleh wanita hamil (2), namun harus diminum sesuai aturan karena dosis tinggi dapat menyebabkan keracunan hati (3). (Hamor, G.H.,1996)
Peradangan didefinisikan sebagai reaksi lokal jaringan untuk iritasi, cedera, atau infeksi. Gejala peradangan termasuk rasa sakit, bengkak, warna merah ke daerah, dan kadang-kadang kehilangan gerakan atau fungsi. Kita sering berpikir peradangan sebagai komponen menyakitkan arthritis. Peradangan juga merupakan komponen dari penyakit kronis seperti penyakit jantung dan stroke. Anti-inflamasi Medical Treatments Common medis perawatan anti-inflamasi termasuk istirahat, olahraga ringan, berat pemeliharaan, peregangan, dan obat-obatan yang dirancang untuk mengurangi peradangan dan mengendalikan rasa sakit. Obat-obat ini termasuk non steroid anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs), obat-obatan steroid, dan mungkin akhirnya operasi penggantian sendi. Para NSAID digunakan secara luas sebagai bentuk awal terapi.
Sebagian besar NSAID ditoleransi dengan cukup baik, meskipun mereka dapat mengiritasi lambung dan menyebabkan bisul. Dalam beberapa kasus, penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan masalah ginjal.
Hindari Pro-inflamasi Makanan Pro-inflamasi makanan akan meningkatkan peradangan, meningkatkan rasa sakit dari peradangan dan mungkin juga meningkatkan resiko penyakit kronis. Loading up on junk food, daging lemak tinggi, gula dan makanan cepat akan meningkatkan peradangan dalam tubuh Anda. Hal ini sebagian disebabkan oleh lemak yang tidak sehat digunakan untuk menyiapkan dan memproses makanan ini, terutama lemak jenuh dan lemak jenuh. Daging olahan seperti makan siang daging, hot dog dan sosis mengandung bahan kimia seperti nitrat yang berkaitan dengan peningkatan peradangan dan penyakit kronis.
Lemak jenuh juga ditemukan dalam daging, produk susu dan telur. Walaupun semua makanan ini adalah sumber penting mineral dan vitamin, Anda tidak memerlukan ekstra lemak jenuh. Juga makanan ini juga mengandung asam lemak yang disebut asam arakidonat. Sementara beberapa asam arakidonat penting bagi kesehatan Anda, terlalu banyak arachidonic acid dalam makanan dapat membuat Anda lebih buruk peradangan. Pastikan untuk memilih susu rendah lemak dan keju dan ramping potongan daging, yang tidak akan mempromosikan peradangan.
Diet tinggi gula juga telah dikaitkan dengan peradangan, obesitas dan penyakit kronis seperti diabetes. Hilangkan makanan gula tinggi seperti soda, minuman ringan, kue kering, sereal pra-manis dan permen.
Sumber lain yang mungkin iritasi berasal dari keluarga nightshade tanaman. Seluruh buah-buahan dan sayuran yang penting bagi mereka untuk makan vitamin, mineral, dan antioksidan alami. Namun beberapa sayuran seperti kentang, tomat, dan terung dapat benar-benar membuat rasa sakit dari peradangan parah. Sayuran ini merupakan bagian dari keluarga nightshade tanaman dan mengandung zat kimia yang disebut alkaloid solanin. Solanin dapat memicu rasa sakit pada beberapa orang. Walaupun tidak ada temuan riset formal yang kembali klaim tentang tanaman nightshade, beberapa orang percaya bahwa mereka mendapatkan bantuan dari gejala-gejala nyeri dan peradangan.
(http://nutrition.about.com/od/dietsformedicaldisorders/a/antiinflamfood.htm)
Karagenan merupakan molekul besar galaktan yang terdiri dari 100 lebih sebagai unit-unit utamanya. Residu-residu galaktosa tersebut berikatan dengan 4) secara tukar-tukar (cPKelco ApS,3) dan ikatan β (1ikatan α (1 2000). Menurut Guiseley et. alkaragenan adalah polisakarida dengan rantai lurus (linier) yang terdiri dari D-glukosa 3.6 anhidrogalaktosa dan ester sulfat.
Berdasarkan kandungan sulfatnya, karagenan dibedakan menjadi 2 fraksi kappa karagenan dengan kandungan sulfat kurang dari 28% dan iota karagenan dengan kandungan sulfat lebih dari 30%. Sedangkan menurut Peterson and Johnson dalam Anggraini, 2004), berdasarkan struktur pendulangan unit polisakarida, karagenan dapat dibagi menjadi tiga fraksi utama (k-(kappa), λ-(Lambda), dan ί-(iota) karagenan. Secara prinsip fraksi-fraksi karagenan ini berbeda dalam nomor dan posisi grup ester.
Berbagai produk karagenan yang terdapat di pasar antara lain adalah :
1. Karagenan murni (refined carrageenan) dalam bentuk kappa, iota, dan lambda.
2. Kombinasi karagenan murni
3. Kombinasi karagenan murni dan garam, gula atau bahan lain
4. Karagenan semi-murni (semi refined carrageenan)
5. Kombinasi karagenan murni dan karagenan semi-murni
6. Kombinasi karagenan semi murni dan garam, gula atau bahan lain.
7. Kombinasi karagenan murni, karagenan semi-murni dan garam, gula atau bahan lain.
Karagenan mempunyai kemampuan yang unik, yaitu dapat membentuk berbagai variasi gel pada temperatur ruang. Larutan karagenan dapat mengentalkan dan menstabilkan partikel-partikel sebaik pendispersian koloid dan emulsi air/minyak
Proses Produksi Karagenan
Proses produksi karagenan pada dasarnya terdiri atas proses penyiapan bahan pemisahan karagenan dari ekstraknya, pemurnian, pengeringan, dan penepungan. Penyiapan bahan baku meliputi proses pencucian rumput laut untuk menghilangkan pasir, garam mineral dan benda asing yang masih melekat pada rumput laut.
Ekstraksi karagenan dilakukan dengan menggunakan air panas atau larutan alkali panas.
Penggunaan alkali mempunyai dua fungsi, yaitu membantu ekstraksi polisakarida menjadi lebih sempurna dan mempercepat eliminasi 6-sulfat dari unit monomer menjadi 3,6-anhidro-D-galaktosa sehingga dapat meningkatkan kekuatan gel dan reaktifitas produk terhadap protein (Guiseley dalam Anggraini, 2004). Menurut Istini et. al. Dalam Iza (2001) suasana alkalis dapat diperoleh dengan menambahkan larutan basa misalnya NaOH, atau KOH sehingga pH larutan mencapai9,0 – 9,6. Jumlah air yang digunakan dalam ekstraksi sebanyak 30 sampai 40 kali dari berat rumput laut kering (Style dalam Anggraini, 2004). Mukti (1987) dalam Anggraini (2004) mengekstrak E. cottonii pada pH 8 – 10 dan 95Cselama 14- 24 jam. Rendemen karagenan tertinggi diperoleh pada pH 10 waktu ekstraksi 18 jam.
Pemisahan karagenan dari ekstraknya dilakukan dengan cara penyaringan dan pengendapan. Penyaringan ekstrak karagenan umumnya masih menggunakan saringan konvensional, yaitu kain saring dan filter press, dalam keadaan panas dengan dimaksudkan untuk menghindari pembentukan gel (Chapman dalam Anggraini, 2004). Pengendapan karagenan dapat dilakukan antara lain dengan metode gel-press, freezing, KCL-press, atau pengendapan dengan alkohol (Marcel Trading Corporation, 1999 dalam Anggraini, 2004). Sedangkan pada penelitian Murdinah dkk (1994) dalam Anggraini, 2004), menunjukkan bahwa pemisahan karagenan menggunakan garam KCL berpengaruh terhadap kenaikan rendemen, kadar abu dan kadar abu tak larut asam, sedangkadar air, kadar posfat dan viskositaskaragenan cenderung menurun.
Pengeringan karagenan basah dapat dilakukan dengan oven atau penjemuran (Gliksman dalam Anggraini, 2004). Selain itu Gliksman dalam Anggraini (2004), setelah pengendapan karagenan, proses pengeringan dapat juga dilakukkan dengan menggunakan drum dryer. Karagenan kering tersebut kemudian ditepungkan, diperbanyak, distandarisasi dan dicampur, kemudian dikemas dalam wadah yang tertutup rapat (Guiseley et al. dalam Anggraini, 2004). Produk karagenan umumnya dikemas dalam double-decked plastic bag, dengan ukuran kemasan 25 kg.
(Sudiono, J., 2003)
Apa yang NSAID dan bagaimana cara kerjanya?
Prostaglandin adalah keluarga bahan kimia yang diproduksi oleh sel-sel tubuh dan memiliki beberapa fungsi penting. Mereka mempromosikan peradangan, nyeri, dan demam; mendukung fungsi pembekuan darah platelet, dan melindungi lapisan perut dari efek merusak asam.
Prostaglandin diproduksi di dalam sel-sel tubuh oleh enzim cyclooxygenase (COX). Ada dua enzim COX, COX-1 dan COX-2. Kedua enzim menghasilkan prostaglandin yang mempromosikan peradangan, nyeri, dan demam. Namun, hanya COX-1 menghasilkan trombosit prostaglandin yang mendukung dan melindungi perut. Antiinflammatory obat non-steroid (NSAID) memblokir enzim COX dan mengurangi prostaglandin seluruh tubuh. Sebagai akibatnya, berkelanjutan peradangan, nyeri, dan demam berkurang. Karena prostaglandin yang melindungi perut dan dukungan trombosit dan penggumpalan darah juga berkurang, NSAIDs dapat menyebabkan borok di perut dan mempromosikan pendarahan.
Untuk kondisi apakah NSAID digunakan?
NSAID digunakan terutama untuk mengobati peradangan, ringan hingga sedang sakit, dan demam. Spesifik menggunakan pengobatan termasuk sakit kepala, arthritis, cedera olahraga, dan kram menstruasi. Ketorolac (Toradol) hanya digunakan untuk pengobatan jangka pendek yang cukup parah rasa sakit yang akut jika tidak akan diperlakukan dengan opioid. Aspirin (juga seorang OAINS) digunakan untuk mencegah penggumpalan darah dan mencegah stroke dan serangan jantung pada individu beresiko tinggi. NSAID juga disertakan dalam dingin dan alergi banyak persiapan.
Apakah ada perbedaan antara NSAID?
NSAID bervariasi dalam potensi mereka, durasi tindakan, bagaimana mereka dieliminasi dari tubuh, seberapa kuat mereka menghambat COX-1 dan kecenderungan mereka untuk menyebabkan bisul dan mempromosikan berdarah. Semakin sebuah blok OAINS COX-1, semakin besar kecenderungan untuk menyebabkan bisul dan mempromosikan berdarah. Satu OAINS, celecoxib (Celebrex), blok COX-2 tapi hanya berpengaruh sedikit terhadap COX-1, dan karena itu lebih diklasifikasikan sebagai selektif COX-2 inhibitor. Selektif COX-2 inhibitor lebih sedikit menyebabkan perdarahan dan lebih sedikit borok daripada NSAID lainnya. Aspirin adalah OAINS yang unik, bukan hanya karena banyak kegunaan, tetapi karena itu adalah satu-satunya NSAID yang menghambat pembekuan darah dalam waktu lama (4 sampai 7 hari). Efek berkepanjangan ini aspirin membuat obat yang ideal untuk mencegah pembekuan darah yang menyebabkan serangan jantung dan stroke. Kebanyakan NSAID menghambat penggumpalan darah hanya beberapa jam. Ketorolac (Toradol) adalah OAINS yang sangat kuat dan digunakan untuk nyeri akut cukup parah yang biasanya memerlukan narkotika. Borok Ketorolac menyebabkan lebih sering daripada OAINS lain. Oleh karena itu, tidak digunakan selama lebih dari lima hari. Meskipun NSAID memiliki mekanisme aksi yang serupa, individu-individu yang tidak merespon satu OAINS dapat menanggapi lain.
Apakah efek samping dari NSAID?
NSAID berhubungan dengan beberapa efek samping. Frekuensi efek samping bervariasi antar OAINS. Yang efek samping yang paling umum adalah mual, muntah, diare, sembelit, penurunan nafsu makan, ruam, pusing, sakit kepala, dan mengantuk. OAINS juga dapat menyebabkan retensi cairan, yang menyebabkan edema. Yang paling serius efek samping gagal ginjal, gagal hati, borok dan berdarah berkepanjangan setelah cedera atau pembedahan.
(http://www.medicinenet.com/nonsteroidal_antiinflammatory_drugs/article.htm)
Antiflogistik adalh obat yang dapat mencegah dan melawan terjadinya peradangan. Disebut pula anti inflamasi.
Efek anti radang didasarkan atas :
a. Vasokonstriksi dan penurunan permeabilitas kapiler-kapiler, akibatnya oedem hilang dan peradangan pun hilang.
b. Merintangi terbentuknya mediator nyeri, sebagai mediator nyeri adalah :
- histamine
- serotonin
- plasmokinin (antara lain bradikinin)
- prostaglandin
c. Efek stabilitas terhadap membrane lisosom.
Obat-obat anti radang ini antara lain :
1. Hydrocortisone/Cortisone
2. Prednisolon
3. Prednison
4. Triamcinolon
5. Dexamethason
6. Betamethason
7. Fluocortolon
8. Prolase
9. Serratio Peptidase
10. Ketoprophenum. (Moh. Anief,1990)
Inflamasi
Fenomena inflamasi pada tingkat bioseluler semakin jelas. Respons inflamasi terjadi dalam 3 fase dan diperantarai mekanisme yang berbeda : (1) fase akut, dengan cirri vasodilatasi local dan peningkatan permeabilitas kapiler; (2) reaksi lambat, tahap subakit dengan cirri infiltrasi sel leukosit dan fagosit; dan (3) fase proliferatif kronik, saat degenerasi dan fibrosis terjadi.Kalau pada masa lalu dalam proses inflamasi ditekankan promosi migrasi sel, akhir-akhir ini focus tertuju pada interaksi mediator-mediator adesif antara leukosit dan trombosit, termasuk selektin-L,-E,-P,ICAM-1 (intracellular adhesive molecule-1),VCAM-1(vascular cell adhesive molecule-1), dan leukosit integrin dalam proses adhesi leukosit dan trombosit dengan endothelium di area inflamasi. (P. Freddy Wilmana dan Sulistia G.,2007)
Apa yang berbeda tentang NSAID baru?
Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa obat yang lebih baru datang di pasar ini biasanya disebut sebagai inhibitor COX-2. Ingat, semua NSAID bekerja melawan cyclooxygenase (COX). NSAID tradisional (misalnya Ibuprofen, Motrin, Aleve) bekerja melawan baik COX-1 dan COX-2. COX-1 dan COX-2 adalah kedua jenis cyclooxygenase enzim yang berfungsi dalam tubuh Anda. Obat baru (misalnya Celebrex) bekerja terutama terhadap COX-2, dan biarkan COX-1 berfungsi normal. Karena COX-1 adalah lebih penting dalam memproduksi lapisan pelindung dalam usus (mukosa lambung), NSAID lebih baru ini diyakini memiliki kurang dari risiko menyebabkan radang perut.
Yang mengatakan, OAINS yang lebih baru belum terbukti bekerja lebih baik melawan enzim COX-2. Oleh karena itu, COX-2 inhibitor mendapatkan manfaat dari kemungkinan memiliki lebih sedikit efek samping, tetapi tidak selalu lebih baik kelegaan dari gejala. (http://orthopedics.about.com/cs/paindrugs/a/nsaids.htm)
Karena obat arthritis Vioxx ditemukan untuk membahayakan jantung dan telah dihapus dari pasar di musim gugur 2004, saya sering ditanya apakah Zyflamend, alami antiperadangan produk yang saya sarankan untuk sering sakit dan kekakuan sendi, hadiah yang sama ancaman. Zyflamend, dari New Bab Inc, berisi jahe, kunyit, teh hijau dan rempah-rempah lain yang moderat peradangan yang dihubungkan dengan arthritis.
Salah satu komponen, dengan cara, adalah resveratrol, sebuah komponen anggur merah diyakini bertanggung jawab atas efek pelindung jantung.
Weil Related Products Dr Weil on Healthy Aging untuk Kesehatan Jantung - Dr Weil on Healthy Aging untuk Kesehatan Jantung - Jaga hatimu sehat dengan perubahan kecil untuk diet dan gaya hidup Anda. Pelajari selengkapnya - memulai percobaan gratis dari Dr Weil on Healthy Aging panduan online hari ini untuk akses ke versi eksklusif Dr Weil Anti-inflamasi Piramida Makanan dan dapatkan 14 hari gratis.
Memang benar bahwa Zyflamend memiliki beberapa efek yang sama seperti Vioxx dalam menghambat enzim (disebut COX-2) bertanggung jawab atas peradangan sendi yang menyebabkan rasa sakit radang sendi. Vioxx dan obat resep serupa digambarkan sebagai "selektif" COX-2 inhibitor disusun untuk menargetkan enzim COX-2 sendirian. Saya percaya ramuan Zyflamend memberikan yang seimbang dan proporsional aman terkait efek pada enzim-enzim yang tidak terpengaruh oleh farmasi COX-2 inhibitor. Vioxx mungkin telah menimbulkan ketidakseimbangan dalam enzim yang mungkin telah berkontribusi terhadap efek buruk di antara pengguna.
Zyflamend juga mengandung dua komponen lain yang dapat melindungi daripada membahayakan jantung. Satu, kudus kemangi (Ocimum tempat suci), mengandung senyawa yang mempunyai efek antioksidan dan dapat memerangi kolesterol tinggi dan pembentukan plak. Sebuah studi Universitas Chicago menyimpulkan bahwa komponen Zyflamend lain, orang Cina Scutellaria rempah baicalensis, mungkin juga mempunyai efek melindungi jantung.
(http://www.drweil.com/drw/u/id/QAA354210)
Diklofenac: Voltaren, Cataflam
Derivat fenilasetat ini (1974) termasuk NSAID yang terkuat daya antiradangnya dengan efek samping yang kurang kuat dibandingkan dengan obat lainnya (indometasin, piroxicam). Obat ini sering digunakan untuk segala macam nyeri, juga pada migrain dan encok. Lagipula secara parental sangat efektif untuk menaggulangi nyeri kolik hebat (kandung kemih dan kandung empedu). Kerusakan hati fatal telah dilaporkan.
Resorpsinya dari usus cepat dan lengkap, tetapi BA-nya rata-rata 55% akibat FPE besar. Efek analgetisnya dimulai setelah 1 jam, secara rektal dan intramuskuler lebih cepat, masing-masing setelah 30 dan 15 menit. Penyerapan garam-K (Cataflam) lebih pesat daripada garan-Na. PP-nya di atas 99% plasma-t1/2-nya k.l. 1 jam. Ekskresi melalui kemih berlangsung untuk 60% sebagai metabolit dan untuk 20% dengan empedu dan tinja.
Dosis: oral 3 dd 25-50 mg garam-Na/K d.c./p.c., rektal 1 dd 50-100 mg, i.m. pada nyeri kolik atau serangan encok : 1-2 dd 75 mg selama 1-3 hari. Pra- dan pasca-bedah (“staar”, bular-mata) dalam tetes mata 0,1% 3-5 x 1 tetes, juga dalam krem/gel 1%. (Tan Hoan Tjay, 2007)
V. METODE PERCOBAAN
5.1 Alat dan Bahan
5.1.1 Alat
- Koran
- Timbangan elektrik
- Syringe 3 ml
- Syringe 1 ml
- Pletismometer
- Spuit oral
- Spuit 1 ml
5.1.2 Bahan
- Tikus putih
- Suspensi CMC Na (untuk kontrol)
- Na diklofenak
- Dexamethason
- Karagenan
5.2 Prosedur Percobaan
- Hewan ditimbang dan diberi tanda pada sendi kaki kanan agar pemasukan kaki ke dalam air raksa setiap kali selalu sama.
- Diukur volume kaki kanan tikus yang dinyatakan sebagai volume awal.
- Dihitung dosis dengan pemberian sebagai berikut:
1. Tikus kontrol : Suspensi CMC Na 1% BB secara oral
2. Tikus Obat : Dexamethason 1% dosis 15mg/kg BB secara oral
3. Tikus Obat : Na diklofenak 10% Dosis 15 mg/kgBB secara oral
- Setelah setengah jam, masing-masing tikus disuntikkan karagenan sebanyak 0,1 ml secara intraplantar pada kaki kanan.
- Diukur volume kaki kanan tikus selama 2,5 jam selang waktu 30 menit
- Dihitung persentase kenaikan volume kaki terhadap volume dasar sebelum penyuntikan karagenan
- Dihitung persentase rata-rata dan dibandingkan persentase pada tikus yang diberi obat terhadap persentase kontrol (perhitungan inhibisi radang).
- Digambarkan grafik variasi persentase inhibisi radang vs waktu.

VI. PERHITUNGAN, GRAFIK, DAN PEMBAHASAN
6.1 Perhitungan
6.1.1. Perhitungan Dosis
Konsentrasi Dexamethason
Konsentrasi Na diklofenak
Skala syringe 1 : 80
0,0125

1. Tikus Kontrol
Berat = 292,8 g
Volume Suspensi CMC Na yang diberikan
Jumlah Karagenan yang diberikan

2. Tikus Obat Dexamethason
Berat = 162,8 g
Dexamethason yang diberikan
Volume larutan Dexamethason
Jumlah Dexamethason yang disuntikkan
Jumlah Karagenan yang diberikan

3. Tikus Obat Na Diklofenak
Berat = 210,9 g
Na diklofenak yang diberikan
Volume larutan Na diklofenak

Jumlah Dexamethason yang disuntikkan
Jumlah Karagenan yang diberikan

6.1.2 Perhitungan Radang
% Radang
% Inhibisi Radang
Vo tikus kontrol = 1,47
Vo tikus obat Dexamethason = 1,55
Vo tikus obat Na Diklofenak = 1,08

1. Tikus Kontrol
T
% Radang
% Inhibisi Radang
T
% Radang
% Inhibisi Radang
T
% Radang
% Inhibisi Radang
T
% Radang
% Inhibisi Radang
T
% Radang
% Inhibisi Radang

2. Tikus Obat Dexamethason
T
% Radang
% Inhibisi Radang
T
% Radang
% Inhibisi Radang
T
% Radang
% Inhibisi Radang
T
% Radang
% Inhibisi Radang
T
% Radang
% Inhibisi Radang

3. Tikus Obat Na Diklofenak
T
% Radang
% Inhibisi Radang %
T
% Radang
% Inhibisi Radang %

T
% Radang
% Inhibisi Radang %
T
% Radang
% Inhibisi Radang
T
% Radang
% Inhibisi Radang

6.2. Data Percobaan


6.3. Grafik Percobaan


6.4. Pembahasan
Dalam percobaan antiinflamasi ini, digunakan obat antiinflamasi golongan steroid (dexamethason) dan golongan nonsteroid (Na-diklofenak) sehingga dibandingkan efeknya dalam menghambat terjadinya suatu peradangan. Dan diperoleh data dimana rata-rata nilai (pesen) inhibisi radang Dexamethason lebih besar dibandingkan rata-rata persen inhibisi radang Na-Diklofenak. Hal ini menunjukkan bahwa Dexamethason sebagai antiinflamasi steroid, lebih kuat mengambat terjadinya suatu inflamasi (peradangan).
Menurut P. Freddy W. dan Sulistia G. (2007) bahwa antiinflamasi golongan steroid bekerja dengan menghambat enzim fosfolipase, sehingga fosfolipid tidak membentuk asam arakidonat. Dan akhirnya tidak terjadi suatu biosintesis mediator radang. Sedangkan antiinflamasi golongan non steroid bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga tidak terbentuk mediator prostaglandin, tromboksan dan prostasiklin. Namun leukotrin tetap terbentuk karena tidak terjadi penghambatan pada enzim lipoksigenase. Hal ini yang menyebabkan kerja golongan steroid lebih kuat daripada golongan non steroid dalam menghambat inflamasi.
Obat-obat antiinflamasi merupakan golongan obat yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan melalui beberapa cara, yaitu menghambat pembentukkan mediator prostaglandin, menghambat migrasi sel-sel leukosit ke radang, menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel pembentukkannya.
(Tan Hoan Tjay, 2007)











VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
- Inflamasi terjadi karena reaksi antara antigen dengan antibodi yang dapat merangsang pelepasan mediator radang sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh kapiler dan migrasi fagosit ke daerah radang, yang mengakibatkan hiperemia dan udem pada daerah terjadinya inflamasi.
- Efek yang ditimbulkan akibat pemberian karagenan pada hewan percobaan adalah terjadinya udem, yang terlihat dari bertambahnya volume kaki tikus setelah diukur dengan pletismometer.
- Mekanisme karagenan dalam menimbulkan inflamasi adalah dengan merangsang lisisnya sel mast dan melepaskan mediator-mediator radang yang dapat mengakibatkan vasodilatasi sehingga menimbulkan eksudasi dinding kapiler dan migrasi fagosit ke daerah radang sehingga terjadi pembengkakan pada daerah tersebut.
- Efek antiinflamasi Dexamethason lebih kuat dibandingkan Na diklofenak.
- Gejala-gejala inflamasi adalah: rubor (merah), kalor (panas), tumor (bengkak), dolor (sakit), dan fungtio laesa (berkurangnya fungsi fisiologis tubuh).

7.2 Saran
- Sebaiknya kondisi hewan percobaan yang akan digunakan dalam praktikum tidak jauh berbeda karena dapat mempengaruhi perhitungan % radang dan % inhibisi radang.
- Sebaiknya penandaan pada kaki hewan (tikus) dilakukan denga tepat dan jelas (tanda tidak cepat hilang) agar pengukuran volume kakinya konstan.









DAFTAR PUSTAKA

Andrew Weil. (2005). Natural Anti-inflammatory
http://www.drweil.com/drw/u/id/QAA354210
Anief, Moh. (1990). Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Hal. 57-58.
Hamor, G.H. (1996). Zat Antiradang Nonsteroid. Prinsip-Prinsip Kimia Medisinal. Editor : Foye, W.O. Edisi Kedua. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Hal. 1096-1097.
Jonathan Cluett. (2009). Nonsteroidal Anti-inflammatory
http://orthopedics.about.com/cs/paindrugs/a/nsaids.htm
Omudhome Ogbru. (2010). Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAIDs)
http://www.medicinenet.com/nonsteroidal_antiinflammatory_drugs/article.htm
Shereen Jegtvig. (2009). Antiinflammatory Foods
http://nutrition.about.com/od/dietsformedicaldisorders/a/antiinflamfood.htm
Sudiono, J. (2003). Ilmu Patologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 81-82.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. (2007). Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi Keenam, Cetakan Pertama. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Hal.332.
Wilmana, P. F. dan Sulistia G. (2007). Analgesik-Antipiretik, Analgesik Anti-Inflamasi Nonsteroid, dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. Farmakologi dan Terapi. Editor: Gunawan, S.G. Edisi ke-5. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 231-232;240.








LAMPIRAN
Gambar Alat, Bahan dan Hewan Uji

Gambar 1. Tikus Putih Gambar 2. Timbangan Analitik








Gambar 3. Alat Suntik dan jarum Oral Gambar 4. Suspensi CMC Na & Karagenan








Gambar 5. Dexamethason dan Gambar 6. Pletismometer
Na Diklofenak

1 komentar: