Senin, 30 Agustus 2010

Diuretik

DIURETIK

I. PENDAHULUAN
Diuretik adalah obat yang mempunyai titik tangkap kerja pada ginjal untuk meningkatkan produksi kemih. Secara teoritis, produksi kemih dapat ditingkatkan dengan mempercepat laju filtrasi dan yang kedua dengan mengurangi penyerapan kembali di tubulus. Yang terakhir ini lebih banyak menjadi mekanisme kerja diuretik.
Diuretik sangat berguna untuk mengatasi edema yang disebabkan penyakit jantung, sirosis hati dan penyakit ginjal tertentu. Tetapi dibalik keuntungan pemberian diuretik, harus diingat bahwa pengeluaran sejumlah besar cairan tubuh yang diikuti keluarnya garam-garam tubuh, dapat menimbulkan gangguan keseimbangan pH dan atau makanan yang masuk, jumlah air kemih, berat badan setiap hari, tekanan darah dan pemeriksaan laboratorium. Juga dijaga agar penderita makan buah-buahan yang banyak mengandung K+ untuk mengganti K+ yang hilang.
(Agus Djamhuri, 1995)
Diuretika terutama digunakan untuk mengurangi sembab atau (edema) yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah cairan luar sel, pada keadaan yang berhubungan dengan kegagalan jantung kongestif, kegagalan ginjal, oligourik, sirosis hepatik, keacunan kehamilan, glaukoma, hiperkalsemia, diabetes insipidus dan sembab yang disebabkan oleh penggunaan jangka panjang kortikosteroid atau estrogen. Diuretika juga digunakan sebagai penunjang pada pengobatan hipertensi.
Berdasarkan efek yang dihasilkan diuretik dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. diuretika yanghanya meningkatkan ekskresi air dan tidak mempengaruhi kadar elektrolit tubuh.
b. diuretika yang dapat menigkatkan ekskresi Na+ (Natriuretik).
c. diuretika yang dapat meningkatkan ekskresi Na+ dan Cl- (Saluretik).
Diuretik mempengaruhi tiga proses fisiologis dalam pengangkutan elektrolit, yaitu pada filtrasi glomerulus, penyerapan kembali di tubulus atau loop of henle dan sekresi di tubulus. Secara umum diuretika dibagi menjadi tujuh kelompok yaitu diuretika osmotik, diuretika pembentuk asam, diuretika merkuri organik, diuretika penghambat karbonik anhidrase, diuretika turunan tiazida, diuretika hemat kalium dan diuretika loop. (Siswandono, Soekardjo,B., 1995)
II. TUJUAN PERCOBAAN
- Untuk mengetahui efek dari obat diuretik pada hewan percobaan
- Untuk mengetahui volume urine yang dihasilkan oleh hewan akibat pemberian obat diuretik
- Untuk mengetahui mekanisme kerja dari obat diuretik

III. PRINSIP PERCOBAAN
Berdasarkan mekanisme kerja furosemid sebagai obat diuretik kuat yaitu menghambat reabsorpsi elektrolit Na+ /K+ / Cl- di ansa henle ascendens sehingga meningkatkan kecepatan pembentukan urin.























IV. TINJAUAN PUSTAKA
Diuretika adalah zat-zat yang dapat memperbanyak kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lainnya yang menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara tak langsung tidak termasuk dalam definisi ini, misalnya zat-zat yang memperkuat kontraksi jantung (digoksin, teofilin), memperbesar volume darah (dekstran), atau merintangi sekresi hormon antidiuretik ADH (air, alkohol).
Fungsi utama ginjal adalah memelihara kemurnian darah dengan jalan mengeluarkan semua zat asing dan sisa pertukaran zat dari dalam darah dimana semuanya melintasi saringan ginjal kecuali zat putih telur dan sel-sel darah. Setiap ginjal mengandung lebih kurang 1 juta filter kecil ini (glomeruli), dan setiap 50 menit seluruh darah tubuh (ca 5 liter) sudah dimurnikan dengan melewati saringan tersebut.
Fungsi penting lainnya adalah meregulasi kadar garam dan cairan tubuh. Ginjal merupakan organ terpenting pada pengaturan homeostasis, yakni keseimbangan dinamis antara cairan intra dan ekstrasel, serta pemeliharaan volume total dan susunan cairan ekstrasel. Hal ini terutama tergantung dari jumlah ion Na+, yang untuk sebagian besar terdapat di luar sel, di cairan antarsel, dan di plasma darah.
(Tan Hoan Tjay & Kirana Rahardja, 2002)
Untuk memahami tindakan diuretik, itu pertama-tama perlu untuk mengkaji bagaimana penyaring ginjal cairan dan bentuk urin. Berikut ilustrasi yang menyertai diskusi dan memberikan gambaran sederhana tentang bagaimana menangani ginjal air dan elektrolit. Untuk penjelasan lebih rinci, terutama yang berkaitan dengan pergerakan ion dan cairan di seluruh sel-sel tubulus ginjal, pembaca harus berkonsultasi dengan buku fisiologi.
Ketika darah mengalir melalui ginjal, itu masuk ke dalam kapiler glomerular yang terletak di dalam korteks (zona luar ginjal). Kapiler glomerular ini sangat permeabel terhadap air dan elektrolit. Tekanan hidrostatik kapiler glomerular drive (penyaring) air dan elektrolit ke ruang Bowman dan ke convoluting tubulus proksimal (PCT). Sekitar 20% dari plasma yang memasuki kapiler glomerular disaring (filtrasi disebut fraksi). The PCT, yang terletak di dalam korteks, adalah situs natrium, air dan bikarbonat transportasi dari filtrat (urin), di seberang dinding tubulus, dan masuk ke interstitium dari korteks. Sekitar 65-70% dari natrium disaring akan dihapus dari urin ditemukan dalam PCT (ini disebut reabsorpsi natrium). Ini natrium direabsorpsi isosmotically, artinya setiap molekul sodium yang diserap kembali disertai dengan molekul air. Sebagai tubula menyelam ke dalam medula, atau zona tengah ginjal, tubula menjadi sempit dan membentuk sebuah loop (loop of Henle) yang reenters korteks sebagai mendaki tebal ekstremitas (TAL) bahwa perjalanan kembali ke dekat glomerulus. Karena dari medula interstitium sangat hyperosmotic dan Loop of Henle adalah permeabel untuk air, air yang diserap dari Loop of Henle dan masuk ke medula interstitium. Kehilangan ini konsentrat air urin dalam Loop of Henle.
Mekanisme obat diuretik
Obat diuretic meningkatkan keluaran urin oleh ginjal (misalnya, mempromosikan diuresis). Hal ini dicapai dengan mengubah bagaimana menangani ginjal natrium. Jika ginjal excretes lebih natrium, maka ekskresi air juga akan meningkat. Kebanyakan diuretik menghasilkan diuresis dengan menghambat reabsorpsi natrium pada segmen yang berbeda dari sistem tubular ginjal. Kadang-kadang kombinasi dua diuretik diberikan karena hal ini dapat secara signifikan lebih efektif daripada senyawa baik sendirian (efek sinergi). Alasan untuk ini adalah bahwa salah satu segmen nefron dapat mengimbangi mengubah reabsorpsi natrium pada segmen nefron lain, karena itu, memblokir beberapa situs nefron secara signifikan meningkatkan keampuhan.
Loop diuretics menghambat natrium-kalium-klorida cotransporter di ekstremitas mendaki tebal (lihat di atas gambar). Transporter ini biasanya menyerap kembali sekitar 25% dari beban natrium, sehingga penghambatan pompa ini dapat mengakibatkan peningkatan yang signifikan dalam tubulus distal konsentrasi natrium, hypertonicity mengurangi interstitium di sekitarnya, dan kurang reabsorpsi air dalam saluran pengumpul. Berubah ini penanganan natrium dan air menyebabkan kedua diuresis (kehilangan air meningkat) dan natriuresis (peningkatan natrium kehilangan). Dengan bekerja pada ekstremitas mendaki tebal, yang menangani fraksi yang signifikan reabsorpsi natrium, diuretik loop diuretik sangat kuat. Obat ini juga mendorong sintesis prostaglandin ginjal, yang memberikan kontribusi untuk tindakan ginjal mereka termasuk peningkatan aliran darah ginjal dan redistribusi aliran darah kortikal ginjal.
Thiazide diuretik, yang paling sering digunakan diuretik, menghambat transporter natrium-klorida dalam tubulus distal. Karena transporter ini biasanya hanya menyerap kembali sekitar 5% yang disaring natrium, diuretik ini kurang mujarab ketimbang loop diuretik dalam memproduksi diuresis dan natriuresis. Meskipun demikian, mereka cukup kuat untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar memerlukan terapi diuretik. Mekanisme mereka bergantung pada produksi prostaglandin ginjal.
Karena thiazide diuretik loop dan natrium meningkatkan pengiriman ke segmen distal tubulus distal, ini meningkatkan kehilangan kalium (berpotensi menyebabkan hipokalemia) karena peningkatan konsentrasi natrium distal tubular aldosteron merangsang pompa natrium-sensitif untuk meningkatkan reabsorpsi natrium untuk ditukar dengan kalium dan ion hidrogen, yang hilang ke urin. Ion hidrogen yang meningkat dapat mengakibatkan kerugian alkalosis metabolik. Bagian dari hilangnya kalium dan ion hidrogen oleh thiazide diuretik loop dan hasil dari aktivasi renin-angiotensin-aldosteron sistem yang terjadi karena berkurangnya volume darah dan tekanan arteri. Peningkatan aldosteron merangsang dan meningkatkan reabsorpsi natrium kalium dan ekskresi ion hidrogen ke dalam urin.
Ada kelas ketiga diuretik yang disebut sebagai potassium-sparing diuretik. Tidak seperti loop dan thiazide diuretik, beberapa obat ini tidak bertindak secara langsung pada transportasi natrium. Beberapa obat dalam kelas ini memusuhi tindakan aldosteron (aldosteron reseptor antagonis) pada segmen distal tubulus distal. Hal ini menyebabkan lebih banyak natrium (dan air) untuk masuk ke saluran pengumpul dan diekskresikan dalam urin. Mereka disebut K +-sparing diuretik karena mereka tidak menghasilkan hipokalemia seperti loop dan thiazide diuretik. Alasan untuk ini adalah bahwa dengan aldosteron menghambat reabsorpsi natrium sensitif, kurang kalium dan ion hidrogen dipertukarkan untuk natrium oleh transporter ini dan karena itu kurang kalium dan hidrogen yang hilang ke urin. Potassium-sparing lain diuretik natrium secara langsung menghalangi saluran yang terkait dengan aldosteron pompa natrium-sensitif, dan karena itu memiliki efek yang sama pada kalium dan ion hidrogen sebagai antagonis aldosteron. Mekanisme mereka bergantung pada produksi prostaglandin ginjal. Karena kelas ini relatif lemah diuretik mempunyai efek pada keseimbangan natrium secara keseluruhan, mereka sering digunakan bersama dengan thiazide atau loop diuretik untuk membantu mencegah hipokalemia.
(http://www.cvpharmacology.com/diuretic/diuretics.htm)
Obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urin disebut diuretk. Obat-obat ini merupakan penghambat transport ion yang menurunkan reabsorpsi Na+ pada bagian-bagian nefron yang berbeda. Akibatnya, Na+ dan ion lain seperti Cl- memasuki urin dalam jumlah lebih banyak dibandingkan bila keadaan normal bersama-sama air, yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotik. Jadi, diuretik meningkatkan volume urin dan sering mengubah pH-nya serta komposisi ion di dalam urin dan darah. Efektivitas berbagai kelas diuretic yang berbeda sangat bervariasi, dengan peningkatan sekresi Na+ bervariasi dari kurang 2% untuk diuretik hemat kalium yang lemah, sampai lebih dari 20% untuk “loop diuretic” yang poten. Penggunaan klinis utamanya ialah dalam mengobati kelainan yang melibatkan retensi cairan (edema) atau dalam mengobati hipertensi dengan efek diuretiknya menyebabkan penurunan volume darah, sehingga terjadi penurunan tekanan darah.
Sekitar 16-20% plasma darah yang masuk ke ginjal disaring dari kapiler glomerulus ke dalam kapsul Bowman. Filtratnya, walaupun dalam keadaan normal tidak mengandung protein dan sel-sel darah, ternyata mengandung protein dan sel-sel darah, dan ternyata mengandung komponen plasma dengan berat molekul yang paling rendah yang kira-kira sama dengan yang dijumpai di plasma.
Ini termasuk glukosa, natrium bikarbonat, asam amino, dan zat organik lain, plus elektrolit, seperti Na+, K+, Cl-. Ginjal mengatur komposisi ion dan volume urin dengan reabsorbsi atau sekresi ion dan atau air pada lima daerah fungsional sepanjang nefron, yaitu pada tubulus proksimal, ansa henle, tubulus distal, dan duktus renalis rektus.
Sel-sel epitel tubulus ascendens unik karena impermeabel untuk air. Reabsorbsi aktif ion-ion Na+, K+, dan Cl- dibantu oleh suatu kotransporter Na+ /K+ / 2Cl-. Mg++ dan Ca++ memasuki cairan interstisial melalui saluran paraselular. Kira-kira 25-30% NaCl di tubulus kembali ke cairan interstisial. Karena ansa henle merupakan bagian terbesar untuk reabsorbsi garam, maka obat-obat yang bekerja di tempat ini, seperti “loop diretics”, merupakan kelompok diuretik yang paling efektif.
(M.J. Mycek, R.A. Harvey, P. C Champe, 1997)
Beberapa diuretic bersifat ‘hemat kalium’. Diuretik ini lemah bila digunakan tersendiri, namun menyebabkan retensi kalium, dan sering diberikan bersama tiazid atau diuretik loap untuk mencegah hipokalemia.
Diuretik osmotic (misalnya manitol) merupakan senyawa yang difiltrasi, namun tidak direabsorpsi. Diuretic osmotic diekskresi dalam jumlah osmotik yang sama dengan air dan digunakan pada edema serebei, dan kadang-kadang untuk mempertahankan diuresis selama pembedahan. (M. J., Neal, 2006)
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik ini. Pertama, tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil.Kedua,status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik. Ketiga, interaksi antara obat dengan reseptor. Berdasarkan cara bekerja, ada beberapa jenis diuretik yang diketahui pada saat ini. Antara lain :
1.Diuretik osmotik dan Aquaretics. Manitol, glukosat urea, demeklosiklin, atrial natriuretic peptide.
2.Penghambat karbonik anhidrase ginjal. Acetazolamide.
3.Diuretik tiasid.
4.Diuretik loop. Furosemide, Bumetanide, asam etakrinik.
5.Diuretik distal ('Potassium Sparing Diuretic ). Spironolakton, Amiloride, Triamterene.
6.Diuretik urikosurik. Tikrinafen , Indakrinon, asam etakrinik.
Diuretik sangat berguna untuk mengatasi edema yang disebabkan penyakit jantung, sirosis hati dan penyakit ginjal tertentu. Tetapi dibalik keuntungan pemberian diuretik, harus diingat bahwa pengeluaran sejumlah besar cairan tubuh yang diikuti keluarnya garam-garam tubuh, dapat menimbulkan gangguan keseimbangan pH dan atau makanan yang masuk, jumlah air kemih, berat badan setiap hari, tekanan darah dan pemeriksaan laboratorium. Juga dijaga agar penderita makan buah-buahan yang banyak mengandung K+ untuk mengganti K+ yang hilang.
1. Garam pembentuk asam.
Diuretik golongan ini tidak lagi dipakai, kecuali ammonium klorida yang diberikan sebagai obat batuk. Di dalam tubuh ammonium klorida dipecah dalam bentuk ion ammonium dan diubah menjadi urea, sehingga klorida yang terlepas mengikuti Na dan dikeluarkan melalui ginjal. Untuk melarutkan Na, air ikut serta sebagai bahan pelarut sehingga terjadi diuresis.
2. Diuretik osmotik
Apabila tidak mengalami metabolisme di tubuh dan langsung dikeluarkan melalui ginjal, maka cairan filtrasi dari glomerulus menjadi hipertonik dengan akibat penyerapan kemballi di tubulus tidak dapat berlangsung dengan kuat dan lebih banyak air dikeluarkan bersama air kemih. Manitol, sukrosa, sorbitol merupakan contoh dari gula yang tidak mengalami metabolisme. Glukosa 40% IV masih mampu berkhasiat sebagai diuretik dan diberikan sebagai obat dehidrasi otak atau pada glaukoma. Pada tumor otak, gegar otak dan edema otak dapat diberikan diuretik osmotik. Diuretik osmotik tidak boleh diberikan bila fungsi ginjal buruk.
3. Penghambat karbonik anhidrase
Diuretik ini menghambat enzim karbonik anhidrase, sehingga proses pengadaan ion bikarbonat tidak terjadi. Ion bikarbonat berfungsi menukar Na+ yang ada di dalam lumen tubulus dengan H+. Bila terdapat hambatan penyediaan H+ oleh penghambat karbonik anhidrase, maka Na+ akan tetap bersama cairan filtrasi dan membawa serta air. Bikarbonat penting untuk menjaga keseimbangan asam-basa cairan tubuh dan keadaan ini dapat diganggu oleh pemberian penghambat karbonik anhidrase, sehingga menimbulkan asidosis ringan.
4. Tiazid
Derivat dari sulfonamide ini merupakan asil usaha untuk mencari penghambat karbonik anhidrase, tetapi mekanisme yang utama adalah menghambat reabsorpsi Na+ dan Cl-. Penyerapan dari usus baik, sehinggga memudahkan pemberian obat.
5. Furosemid.
Obat ini merupakan derivat sufonamid dan memiliki sifat dari tiazid, tetapi dengan perbedaan sebagai berikut :
a. Furosemid lebih kuat terutama untuk edema pada gagal ginjal tetapi lama kerjanya lebih singkat (4 jam).
b. Mula kerjanya cepat dan dapat diberikan per injeksi, sehingga furosemid baik digunakan pada kegawatan.
c. Efek hipertensi furosemid rendah dan mampu menurunkan kadar Ca++ dalam darah.
d. Sebagai diuretic kuat, toksisitas utamanya adalah kehilangan elektrolit, dehidrasi, prekoma hepatic dan hipotensi postural. Dilaporkan juga terjadi ketulian.
6. Asam etakrinat
Asam etakrinat semua kuatnya dengan furosemid. Obat ini melumpuhkan fungsi penyerapan kembali dari “ansa Henle” dan pada penderita edema dapat melepaskan 40-50% Na dan air yang seharusnya diserap kembali. Jumah K+ yang hilang juga besar, sehingga perlu diberi KCl dan buah-buahan.
7. Diuretik hemat kalium. Yang tergolong dalam diuretik hemat kalium, antara lain spironolakton, triamtren dan amilorid.
Ketiga obat ini melepaskan Na+ melalui air kemih, tetapi menahan K+. Diuretik hemat kalium menguntungkan bila diberikan bersama tiazid, karena tiazid banyak melepaskan kalium dari cairan tubuh (Agus Djamhuri, 1995).
Diuretik adalah senyawa yang dapat meningkatkan volume urin. Diuretika bekerja terutama dengan meningkatkan ekskresi ion – ion Na+, Cl-, atau HCO3-, yang merupakan elektrolit utama dalam cairan luar sel. Diuretika juga menurunkan penyerapan kembali elektrolit di tubulus renalis dengan melibatkan proses pengangkutan aktif. Diuretika terutama digunakan untuk mengurangi sembab atau (edema) yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah cairan luar sel, pada keadaan yang berhubungan dengan kegagalan jantung kongestif, kegagalan ginjal, oligourik, sirosis hepatik, keacunan kehamilan, glaukoma, hiperkalsemia, diabetes insipidus dan sembab yang disebabkan oleh penggunaan jangka panjang kortikosteroid atau estrogen. Diuretika juga digunakan sebagai penunjang pada pengobatan hipertensi.
Diuretika osmotik adalah senyawa yang dapat meningkatkan ekskresi urin dengan mekanisme kerja berdasarkan perbedaan tekanan osmosa. Diuretika osmotik mempunyai berat molekul rendah, dalam tubuh tidak mengalami metabolisme, secara pasif disaring melalui kapsula Bowman ginjal, dan tidak diserap kembali oleh tubulus renalis. Bila diberikan dalam dosis besar atau larutan pekat akan menarik air dan elektrolit ke tubulus renalis, yang disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan osmosa, seingga terjadi diuresis.
Diuretika osmosa adalah natriuretik, dapat meningkatkan ekskresi natrium dan air. Efek samping diuretika osmotika antara lain adalah gangguan keseimbangan elektrolit, dehidrasi, mata kabur, nyeri kepala dan takikardia. Contoh : manitol, glukosa, sukrosa dan urea.
Diuretika loop merupakan senyawa saluretik yang sangat kuat, aktivitasnya jauh lebih besar dibanding turunan tiazida dan senyawa saluretik lain. Turunan ini dapat memblok pengangkutan aktif NaCl pada loop of henle sehingga menurunkan penyerapan kembali NaCl dan meningkatkan ekskresi NaCl lebih dari 25%.
Model kerja diuretika loop pada tingkat molekul belum diketahui secara pasti, tetapi ada tiga hipotesis yang kemungkinan dapat digunakan untuk menjelaskan model kerja tersebut, yaitu :
a. penghambatan enzim Na+ - K- ATP ase.
b. penghambatan atau pemindahan siklik AMP.
c. penghambatan glikolisis.
Diuretika loop menimbulkan efek samping yang cukup serius, seperti hiperurisemia, hiperglikemia, hipotensi, hipokalemia, hipokloremik alkalosis, kelainan hematologis dan dehidrasi. Biasanya digunakan untuk pengobatan sembab paru yang akut, sembab karena kelainan jantung, ginjal atau hati, sembab karena keracunan kehamilan, sembab otak dan untuk pengoobatan hipertensi ringan. Untuk pengobatan hipertensi yang cukupan dan berat biasanya dikombinasi dengan obat antihipertensi, seperti L- metildopa.
Furosemid (Lasix, Farsix, Salurix, Impugan) merupakan diuretika saluretik yang kuat, aktivitasnya 8 – 10 kali diuretika tiazida. Awal kerja obat terjadi dalam 0,5 – 1 jam setelah pemberian oral, dengan masa kerja yang relatif pendek 6 – 8 jam. Penyerapan furosemid dalam saluran cerna cepat, ketersediaan hayatinya 60-69% pada subyek normal, dan 91- 99% obat terikat oleh plasma protein. Kadar darah maksimal dicapai 0,5 – 2 jam setelah pemberian secara oral, dengan waktu paro biologis 2 jam. Furosemid digunakan untuk pengobatan hipertensi ringan dan moderat karena dapat menurunkan tekanan darah.
Dosis : 20 – 80 mg/hari. (Siswandono, Soekardjo,B., 1995)
Zat yang menambah "diuresis," atau pemindahan cairan dari tubuh melalui buang air kecil, dianggap diuretik. Lebih dikenal sebagai "pil air," mungkin diuretik resep atau obat-obatan di atas meja. Mereka mungkin juga akan homeopati obat atau makanan yang membantu untuk mencegah atau mengobati retensi cairan. Yang terbaik adalah berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum menggunakan bentuk diuretik.
Diuretik digunakan untuk berbagai alasan. Mereka dapat diindikasikan untuk orang-orang yang menderita edema, intens akumulasi cairan dalam jaringan tubuh, dan orang-orang yang menderita tekanan darah tinggi atau penyakit jantung lainnya yang terkait. Peningkatan produksi urin rilis tidak hanya cairan, tetapi juga membantu tubuh menghilangkan kelebihan garam dan dapat mengurangi volume darah.
Beberapa orang menggunakan diuretik sebagai bantuan penurunan berat badan, biasanya ketika sejumlah besar perlu berat hilang dalam waktu singkat. Kenyataannya adalah bahwa diuretik tidak terbukti mempromosikan hilangnya lemak; mereka hanya mengeluarkan cairan dipertahankan. Sementara skala dapat menunjukkan hilangnya beberapa kilogram, itu adalah kerugian sementara. Ini bukan cara yang sehat untuk menurunkan berat badan. Menyalahgunakan diuretik dapat menyebabkan dehidrasi dan kadang-kadang berat kekurangan kalium, yang dapat berbahaya.
Bagi mereka yang hanya memerlukan cairan minimal pengurangan, dan tidak memiliki masalah kesehatan yang nyata, makanan dengan sifat diuretik alami mungkin merupakan alternatif yang lebih baik daripada obat berbasis diuretik. Beberapa makanan yang mengandung diuretik alami yang cranberry dan jus cranberry, kopi dan minuman lain yang mengandung kafein, dan cuka sari apel. Cuka sari apel juga mengandung kalium, sehingga dapat membantu menghindari kekurangan kalium. Namun, itu harus digunakan secukupnya. Menambahkan buah-buahan dan sayuran seperti mentimun, semangka dan lain-lain yang mengandung banyak air juga akan membantu meningkatkan buang air kecil.
Alam diuretik juga harus digunakan dalam moderasi, dan meskipun mereka mungkin lebih sehat daripada air minum pil, Anda tidak boleh berlebihan. Itu selalu ide yang baik untuk memeriksa dengan dokter Anda sebelum memulai rejimen baru, dan itu termasuk mengambil obat-obatan alami, mengambil alih meja obat, dan bahkan menggunakan makanan untuk mengobati masalah medis.
(http://www.wisegeek.com/what-are-diuretics.htm)
Tekanan Darah Tinggi dan Diuretik (Water Pills)
Tekanan darah tinggi, diuretik, biasanya dikenal sebagai "pil air," membantu tubuh Anda membuang air dan garam tidak dibutuhkan melalui urin. Membuang kelebihan garam dan cairan membantu menurunkan tekanan darah dan dapat membuat lebih mudah bagi Anda untuk memompa jantung. Diuretik dapat digunakan untuk mengobati sejumlah kondisi yang berhubungan dengan jantung, termasuk tekanan darah tinggi, gagal jantung, ginjal dan masalah hati, dan glaukoma.
Sementara diuretik digunakan untuk menghapus cairan, hanya thiazide diuretik, seperti Esidrix atau Zaroxolyn, digunakan untuk menurunkan tekanan darah. Loop diuretik (Lasix, Bumex) lebih kuat dan sering digunakan ketika orang memiliki gejala gagal jantung kongestif dan terutama berguna dalam keadaan darurat tetapi tidak secara signifikan menurunkan tekanan darah.
Potassium-sparing diuretik (seperti aldactone) membantu tubuh Anda mempertahankan kalium dan digunakan lebih sering pada pasien gagal jantung kongestif. Mereka sering diresepkan bersama dengan dua jenis diuretik, tetapi juga tidak signifikan menurunkan tekanan darah.
Apakah Tekanan Darah Anda di Periksa?
Apa Efek Samping dari Diuretik? Seperti obat, diuretik datang dengan potensi efek samping. Mereka termasuk:
* Sering buang air kecil. Ini mungkin berlangsung selama beberapa jam setelah dosis.
* Aritmia (irama jantung abnormal)
* Elektrolit kelainan - tes darah pemantauan elektrolit penting sebelum dan selama penggunaan narkoba.
* Extreme lelah atau lemah. Efek ini akan menurun ketika tubuh Anda menyesuaikan obat. Panggil dokter jika gejala ini menetap.
* Kram atau kelemahan otot. Pastikan bahwa Anda mengambil suplemen kalium Anda dengan benar, jika diresepkan. Hubungi dokter jika gejala ini menetap.
* Pusing, kepala ringan. Coba meningkat lebih lambat ketika bangun dari posisi berbaring atau duduk.
* Penglihatan kabur, kebingungan, sakit kepala, peningkatan keringat (berkeringat), dan gelisah. Jika efek ini terus-menerus atau parah, hubungi dokter.
* Dehidrasi. Tanda-tanda mencakup pusing, haus yang ekstrim, berlebihan mulut kering, penurunan keluaran urin, urin berwarna gelap, atau sembelit. Jika gejala ini terjadi, jangan berasumsi bahwa Anda membutuhkan lebih banyak cairan, hubungi dokter.
* Demam, sakit tenggorokan, batuk, dering di telinga, perdarahan atau memar yang tidak biasa, cepat dan berat badan yang berlebihan. Hubungi dokter Anda segera.
* Kulit ruam. Berhenti minum obat dan hubungi dokter anda segera.
* Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, atau kejang otot. Pastikan bahwa Anda mengambil suplemen kalium Anda dengan benar, jika diresepkan.
Jarang, potassium-sparing diuretics seperti aldactone dapat menyebabkan pembesaran payudara pada pria dan wanita, pendalaman suara, peningkatan pertumbuhan rambut dan siklus haid tidak teratur.
Selain itu, sebagian besar diuretik adalah sulfa drugs.If Anda alergi obat sulfa, katakan kepada dokter. Hubungi dokter jika Anda memiliki gejala lain yang menimbulkan kekhawatiran.Panduan untuk Mengambil Diuretik
(http://www.webmd.com/hypertension-high-blood-pressure/diuretic-treatment)
V. METODE PERCOBAAN
5.1 Alat dan Bahan
5.1.1. Alat
 Timbangan hewan
 Gelas Ukur
 Stopwatch
 Alat suntik 1ml
 Penampung urin
 Kandang hewan
 Ampul obat
5.1.2. Bahan
 Kelinci
 Aquadest
 Furosemide injeksi [ ] 1%, dosis 3 mg/kg BB

5.2. Prosedur Percobaan
1. Ditimbang kelinci.
2. Dihitung dosis furosemide [ ] 1% dosis 3 mg/kg BB dan aquadest untuk masing-masing tikus.
 Kelinci I : Aquadest 1ml secara i.v.
 Kelinci II : furosemide [ ] 1% dosis 3 mg/kg BB secara i.m.
 Kelinci III : furosemide [ ] 1% dosis 3 mg/kg BB secara i.v.
 Kelinci IV : Aquadest 1ml secara i.m.
3. Diukur volume urine dengan selang waktu 1 jam selama 8 jam.
4. Dibuat grafik volume vs waktu.







VI. PERHITUNGAN, DATA, GRAFIK DAN PEMBAHASAN
6.1. Perhitungan Dosis
1. Kelinci I, disuntikkan 1 ml akuades secara intravena
2. Kelinci II,
Berat badan = 1 kg
Dosis furosemid = 3 mg/kg BB (i.m.)
konsentrasi = 1 %

3. Kelinci III,
Berat badan = 1,6 kg
Dosis furosemid = 3 mg/kg BB (i.v.)
konsentrasi = 1 %

4. Kelinci IV, disuntikkan 1 ml akuades secara intramuskular.

6.2. Data Percobaan


6.3. Grafik Percobaan


6.4. Pembahasan
Dalam percobaan ”Diuretik” ini, pada hewan percobaan (kelinci) disuntikkan obat diuretik yaitu furosemid (golingan diuretik kuat) dengan dosis yang sama namun jalur pemberiannya berbeda, disertai juga percobaan kontrol.
Efek dari obat diuretik yang diamati yaitu jumlah urin yang dihasilkan hewan dan dihitung pada setiap jam selama delapan jam pengamatan. Dari data percobaan, diperoleh gambaran bahwa hewan coba (kelinci) yang disuntikkan furosemid lebih banyak menghasilkan urine dibandingkan kelinci yang kontrol. Dan bila dibandingkan kedua kelinci yang sama-sama disuntikkan furosemid, bahwa kelinci yang disuntikkan secara intravena lebih cepat memberikan efeknya dibandingkan yang disuntikkan secara intramuskular. Sama halnya pada kelinci kontrol, dimana yang disuntikkan secara intraneva lebih cepat menghasilkan urine bila dibandingkan kelinci kontrol yang disuntikkan secara intramuskular.
Menurut Tjay Hoan (2002), furosemid merupakan golongan diuretika-lengkungan (diuretik kuat). Di bagian menaik dari Henle’s loop ini k.l. 25% dari semua ion Cl- yang telah difiltrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan reabsorpsi pasif dari Na+ dan K+ tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hiputonis. Diuretika-lengkungan seperti furosemida, bumetanida, dan etakrinat, bekerja terutama di sini dengan merintangi transpor Cl- dan demikian reabsorpsi Na+. Pengeluaran K+ dan air juga diperbanyak.







VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
- Efek yang ditimbulkan oleh pemberian furosemide pada kelinci yaitu meningkatkan kecepatan pembentukan urin ysng menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat yang terlarut air.
- Dari hasil percobaan diperoleh bahwa diuresis yang paling tinggi terjadi pada kelinci II( Furosemid dosis 3 mg/kg BB i.v ), setelah itu pada Kelinci kontrol dan yang paling sedikit pengeluaran urin adalah pada Kelinci III (Furosemid dosis 3 mg/kg BB i.m ). Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori dimana pada pemberian iv seharusnya memberikan volume urin yang lebih banyak.
- Mekanisme kerja diuretic furosemide yaitu berdasarkan penghambatan kotranspor Na+, K+, Cl- dan air dari membrane lumen pada pars asendens ansa henle, sehingga reabsorpsi ion-ion dan air tersebut menurun dan menyebabkan peningkatan pengeluaran air dan zat-zat terlarut lainnya.

7.2. Saran
 Sebaiknya sedapat mungkin disesuaikan keadaan setiap pengamatan (walaupun pengamatan sebagian waktu dilakukan di luar laboratorium).
 Sebaiknya digunakan contoh diuretik golongan lain (seperti diuretik tiazid, diuretik hemat kalium, diuretik osmotik ataupun perintang karbonanhidrase), untuk membandingkan kecepatan efek yang ditimbulkan antarjenis diuretik tersebut.











DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2010). High Blood Pressure and Diuretics
http://www.webmd.com/hypertension-high-blood-pressure/diuretic-treatment
Djamhuri, Agus., (1995), Sinopsis Farmakologi dengan Terapan Khusus di Klinik dan Perawatan, Edisi 1, Cetakan Ketiga, Jakarta : Hipokrates, halaman 88-91.
Mycek, M. J., Harvey, R.A., Champe, P. C., (1997), Farmakologi Ulasan Bergambar, Edisi Kedua, Widya Medika, Jakarta, halaman 226, 228.
Neal, Michael J. (2006). At a Glance Farmakologi Medis. Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hal. 34-35.
Richard E. Klabunde. (2010). Diuretics
http://www.cvpharmacology.com/diuretic/diuretics.htm
Sherry Holetzky. (2010). What are Diuretics
http://www.wisegeek.com/what-are-diuretics.htm
Siswandono, Soekardjo, B.. (1995). Kimia Medisinal. Surabaya : Airlangga University Press. Hal. 430- 435.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. (2007). Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi Keenam, Cetakan Pertama. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Hal.519-523.














LAMPIRAN
Gambar Alat, Bahan dan Hewan Uji

Gambar 1. Kelinci dan penampung urin Gambar 2. Timbangan Hewan











Gambar 3. Akuades Gambar 4. Obat Furosemid












Gambar 4. Alat Suntik Gambar 5. Gelas Ukur Gambar 6.Jam/Stopwatch

Tidak ada komentar:

Posting Komentar